"Daeng, 1 campur," seru pria berbadan subur itu. Tak sampai 2 menit, semangkuk penganan lezat berisi campuran daging sapi beserta jeroannya seperti paru, babat, dan usus tersaji di meja makan. Sang juru masak tak lupa menyiramnya dengan kuah panas campuran kacang, kaldu, dan belasan rempah-rempah berselera. Kombinasi itu belum lengkap tanpa menambahkan 2 ketupat hangat sebagai penyempurna sajian coto makassar.
Belum habis mangkuk pertama, pria berkumis itu kembali berseru, "Satu lagi, Daeng," itulah aktivitas makan siang saban hari Muhammad Hasyim. Penganan khas Makassar itu sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan untuk Daeng Ngewa, panggilan akrabnya. Wajar saja, jika kadar kolesterol pria yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di Takalar, Sulawesi Selatan, itu di atas rata-rata.
Stroke
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumahsakit dr Sardjito, Yogyakarta, Prof Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR, kolesterol tinggi biang berbagai penyakit mematikan seperti jantung koroner dan stroke. "Kolesterol tinggi bisa menjadi plak yang dapat menyumbat pembuluh darah. Akibatnya, peredaran darah tak lancar. Sumbatan pada pembuluh darah koroner di jantung, maka terjadilah penyakit jantung, sementara sumbatan pada pembuluh darah di syaraf atau otak, maka muncullah stroke," ujarnya.
Fakta ilmiah terjadi pada Muhammad Hasyim. Kebiasaannya menyantap makanan berlemak tinggi itu menghantarkannya ke penyakit stroke. Penyakit itu pula yang merenggut nyawanya. Kolesterol yang berlebihan kerap dialami orang yang berpola hidup tak sehat. "Prevalensi menjadi tinggi jika seseorang sudah mewarisi gen dari orang tuanya yang berkolesterol tinggi," kata dr Nyoman.
Menurut konsultan penyakit rematik itu, seseorang dikatakan berkolesterol tinggi saat kolesterol total melebihi 200 mg/dl, low density lipoprotein (LDL) melebihi 100 mg/dl, trigliserida di atas 150 mg/dl dan kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL) di bawah 40 mg/dl. Oleh sebab itu, setiap orang wajib mengecek kesehatan minimal 6 bulan sekali. "Jika sudah kolesterol tinggi, cek kesehatan minimal 3 bulan sekali di samping pengobatan," ujarnya.
Untuk menangani kolesterol tinggi, mencapai 400 mg/dl, dokter memberikan obat serta mengharuskan si pasien diet dan olahraga. Namun, jika masih di angka 250 mg/dl, menurut dokter Nyoman, pasien bisa mengonsumsi herbal seperti sambungnyawa Gynura procumbens dan temulawak Curcuma xanthorrizha. Pendapat itu sejalan dengan riset Prof Zullies Ikawati PhD Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mula-mula Prof Zullies membagi hewan percobaan menjadi 9 kelompok perlakuan yang masing-masing perlakuan diisi 6 tikus wistar jantan. Perlakuan itu di antaranya kontrol, ekstrak sambungnyawa, ekstrak temulawak saja, dan kombinasi keduanya. Tikus-tikus itu dipuasakan selama 24 jam, kemudian diinduksi hiperlipidemia agar kadar kolesterolnya tinggi. Setelah tikus mengalami hiperlipidemia, tikus diberi ekstrak kombinasi sambungnyawa dan temulawak.
Kurkumin dan kuersetin
Hasilnya, pada hari ke-30 paparan ekstrak, kombinasi pemberian ekstrak sambungnyawa 168,75 mg/kg bobot tubuh dan temulawak 37,5 mg/kg bobot tubuh per hari mampu menurunkan trigliserida dari 247,5 mg/dl menjadi 105,2 mg/dl. Bandingkan dengan kontrol yang justru naik dari 72,83 mg/dl menjadi 96,67 mg/dl. Kadar kolesterol total juga turun dari 163,67 mg/dl menjadi 88,6 mg/dl. Sementara kontrol naik dari 104,83 mg/dl menjadi 127,76 mg/dl. Kadar LDL turun dari 80,5 mg/dl menjadi 30,76 mg/dl, sementara kontrol justru naik dari 49,26 mg/dl menjadi 56,83 mg/dl.
Pada kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL), kombinasi sambungnyawa dan temulawak menaikkan kadarnya dari angka 33,67 mg/dl menjadi 37,6 mg/dl, sementara kontrol justru turun dari 36,67 mg/dl menjadi 35,83 mg/dl. "Pada kolesterol baik, justru angka semakin tinggi semakin baik," ujar Prof Zullies.
Menurut wanita 45 tahun itu, kandungan kurkumin temulawak bersifat penurun kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL). Sementara kandungan kuersetin sambungnyawa bersifat menaikkan HDL atau kolesterol baik dan juga menghambat kolesterol menempel di pembuluh darah. Wahyu Suprapto, herbalis dari Batu, Jawa Timur meresepkan temulawak untuk menurunkan kolesterol. Ia mengombinasikan 20 gram rimpang temulawak, 15 gram lempuyang (Zingiber americans), 15 gram rimpang bangle (Zingiber purpureum) 15 gram rimpang kencur (Kaempferia galanga), 40 gram jati belanda (Guazuma ulmifolia), dan 20 gram daun sena (Cassia angustafiola).
Semua herbal itu dicampur dan diambil satu sendok makan untuk diseduh dengan segelas air panas. Konsumsi seduhan herbal itu sehari sekali sebelum tidur. Menurut Wahyu, sebulan pascakonsumsi, kolesterol kembali normal. Tentu diiringi dengan pola hidup sehat. Sementara daun sambungnyawa menurut wahyu juga berpotensi untuk dikombinasikan dengan temulawak sebagai penurun kolesterol. "Sambungnyawa berpotensi mengurangi serapan lemak dalam tubuh. Namun, perlu ada riset untuk memastikan hal itu," ujarnya.
Dr dr Nyoman Kertia menyampaikan sambungnyawa mencegah melekatnya kolesterol di pembuluh darah karena kandungan antioksidannya tinggi. Namun, di satu sisi, dokter Nyoman dan Prof Zullies sepakat, jika angka total kolesterol sudah sangat tinggi yakni 300 mg/dl atau lebih, maka penderita sebaiknya mengkonsumsi obat sesuai resep dokter. Tidak cukup hanya mengandalkan obat herbal karena efeknya relatif lebih lambat. "Bila kolesterol sudah sangat tinggi, maka kadarnya harus segera diturunkan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan," ujar Prof Zullies.
Sumber: Trubus 539-Oktober 2014/XLV hal. 84