"Kalau malam hari, minimal 3 kali saya bolak balik ke kamar mandi," kenangnya. Kekhawatiran itu gejala diabetes mellitus pun menyeruak. Maklum, orangtua Margaret juga menderita penyakit yang sudah dikenal sejak 1552 itu. Benar saja, pemeriksaan darah di laboratorium menunjukkan kadar gula dalam darah kondisi puasa mencapai angka 200-an mg/dl. Padahal, kadar glukosa normal hanya 120 mg/dl. Itu tanda diabetes menyerang.
Tak berpantang
Untuk mengatasi diabetes mellitus, Margaret rutin senam dan jalan kaki pada pagi hari. Sayang, nenek 7 cucu itu enggak berpantang makanan. Asupan karbohidrat seperti nasi tetap seperti porsi semula. Ia pun senang menyeruput sirop dan teh manis untuk minuman sehari-hari. Padahal, "Diet karbohidrat dan makanan yang mengandung gula serta olahraga kunci penting dalam mengontrol kadar gula penderita diabetes," kata kepala Poliklinik Obat Tradisional Rumahsakit Umum Dokter Soetomo di Surabaya, Jawa Timur, dr Arijanto Jonosewojo SpPD.
Herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati, berpendapat sama. Makanya, minuman ringan dan mengandung gula terlarang untuk penderita. Penderita sebaiknya mengurangi asupan karbohidrat. Misal, porsi nasi jadi sepertiga takaran biasa. Atau sumbernya diganti, kalau semula nasi, bisa diganti menjadi kentang hitam atau pisang kapok rebus.
Pada Maret 2013 Margaret mulai mengonsumsi 2 kapsul ekstrak biji mahoni 2 kali sehari, yaitu setelah sarapan dan makan malam. Selain biji mahoni, kapsul itu juga mengandung bahan lain seperti brotowali, sambiloto, mengkudu, dan temulawak. Dua herbal tambahan pertama juga berasa pahit. Setelah mengonsumsi kapsul ekstrak biji mahoni selama 6 bulan hingga Agustus 2013, kondisi tubuh perempuan itu membaik. "Tubuh saya lebih segar dan tidak mudah mengantuk lagi," katanya.
Hasil pemeriksaan darah secara berkala menunjukkan kadar glukosa terus turun. "Awalnya turun 169 mg/dl lalu turun menjadi 140 mg/dl," kata Margaret. Setelah 6 bulan berlalu, kadar gula dalam darah penggemar masakan oriental itu berada di kisaran 110-120 mg/dl. Padahal, sama seperti dahulu ia tidak berpantang makanan. Tubuh yang semula mudah letih dan lesu pun terasa bugar.
Bukti ilmiah
Khasiat biji mahoni (Swietenia macrophylla) untuk mengobati diabetes itu terbukti secara ilmiah. Itu hasil riset peneliti Tinny Endang H dan rekan dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Mereka menguji biji mahoni secara praklinis pada tikus pengidap diabetes mellitus. Periset itu memberikan 20 mg per kg bobot tubuh Multiple Low Dose-Streptozotocin (MLD-STZ) untuk memicu diabetes pada satwa percobaan. Periset membagi tikus-tikus itu menjadi 5 grup masing-masing terdiri atas 5 ekor.
Untuk mengatasi penyakit itu, mereka memberikan air destilasi pada kelompok 1 dan 2. Adapun kelompok 3 hingga 5 mengonsumsi larutan serbuk biji kering mahoni berdosis 100 mg, 250 mg, dan 400 mg per kg bobot tubuh. Setelah 7 hari perlakuan, Tinny Endang menghitung kadar glukosa darah hewan sampel itu. Hasil riset menunjukkan, biji mahoni mampu menurunkan glukosa darah. Penurunan glukosa darah terbesar pada tikus yang mengonsumsi dosis 250 mg, yakni 81%.
Bandingkan dengan dosis 400 mg, penurunan kadar gula darah 73% dan 100 mg (55%). Selain itu terjadi peningkatan kadar insulin sebesar 78,38%; 275,68% dan 145,95% pada perlakuan 3 hingga 5. Hasil riset juga menunjukkan adanya perbaikan kerusakan jaringan pankreas sehingga dapat disimpulkan biji mahoni obat mujarab diabetes. Itu lantaran kandungan swietenine dalam biji mahoni.
Hasil riset Saikat Dewanjee dan rekan dari Departemen Farmasi, Jadavpur University, Kolkata, India, menunjukkan senyawa tetranortriterpenoid itu berefek hipoglikemik atau menurunkan kadar gula darah pada percobaan tiku diabetes tipe 2. Pemberian swietenine berdosis 25 mg dan 50 mg per kg bobot tubuh selama 5 hari mengurangi tingkat glukosa sebanyak 47,34 mg/dl dan 55,85 mg/dl.
Angka kematian akibat diabetes mencapai 3,2 juta orang. Badan kesehatan dunia memprediksi penderita diabetes menjadi 366 juta pada 2030. Masyarakat memang sudah lama mengenal biji mahoni sebagai obat tradisional untuk mengatasi darah tinggi maupun malaria. Kini biji tanaman kerabat duku itu terbukti berkhasiat sebagai antidiabetes mellitus.
Sumber: Trubus