Tak perlu membuat keramba jaring
apung di tengah laut untuk ternak ikan kerapu tikus. Cukup memakai tambak yang
biasa dipakai untuk pelihara udang. Tingkat kelulusan hidupnya tinggi, bisa
mencapai 90% lebih. Kerapu tikus (Chromileptis altivelis) mudah beradaptasi
dengan perairan bersalinitas sampai 5 ppt. Tak seperti jenis-jenis kerapu
lainnya yang menghendaki persyaratan perairan yang khusus.
Kerapu tikus, hidangan favorit orang-orang etnis Cina |
Harga ikan kerapu tikus terbilang
mahal. Per kilogramnya bisa mencapai harga di kisaran Rp 500-750 ribu. Prospek yang
tinggi di harga pasaran ditunjang dengan teknis budidaya yang lebih mudah. Pasalnya,
jenis kerapu ini bisa dipindahkan pemeliharaannya dari perairan berkarang ke
perairan pesisir pantai dengan air payau. Peternak tak perlu repot membuat
keramba jaring apung dan segala peralatan penunjang lainnya yang menguras
kantong.
Ada tiga tahap ternak ikan kerapu
tikus di tambak, yaitu tahap pendederan, pembesaran awal dan pembesaran akhir. Tahap
pendederan yaitu pembesaran benih 4-6 gram menjadi gelondongan 20-30 gram. Tahap
pembesaran awal dari gelondongan sampai ukuran 50-70 gram. Sedangkan pembesaran
akhir, mulai dari ukuran 70 gram per ekor menjadi ukuran ikan siap konsumsi, di
atas 400 gram/ekor.
Teknis pemeliharaan dengan cara
memindahkan setiap tahapan budidaya ke tempat lain atau biasa disebut sistem
modular. Yang dimaksud tempat lain tak harus kolam atau tambak yang berbeda. Tambak
yang sama juga bisa dipakai, tinggal diberi sekat. Tujuannya, untuk mencegah
berkurangnya kualitas dasar tambak akibat lamanya masa budidaya. Pembatasan ruang
pemeliharaan juga bisa berdampak pada efisiensi pemberian pakan dan mempermudah
pengontrolan.
Satu unit ternak ikan kerapu
tikus membutuhkan 3-4 petak. Tiap petak dipakai untuk pendederan, pembesaran
awal, pembesaran akhir dan tendon air. Alternatif lainnya supaya lebih praktis,
tambak diberi sekat dengan jaring bermata 0,5-1 inci yang dibuat 3 bagian. Luas
ideal untuk pendederan 300-400 m2, pembesaran awal 700-1.000 m2
dan pembesaran akhir seluas 500-1.000 m2.
Ada perbedaan salinitas antara di
kolam pembenihan dengan tambak sehingga perlu dibuat perlakuan adaptasi secara
bertahap. Jangan sampai menebar benih secara tiba-tiba atau langsung karena
bisa menyebabkan kematian benih. Benih-benih dimasukkan ke dalam bak
penampungan terlebih dahulu dengan padat tebar 200 ekor/m2 selama
10-15 hari. Secara bertahap tingkat salinitasn air kolam penampungan diturunkan
dengan cara mengurangi air laut ke dalam kolam penampungan dan menambahkan air
tawar.
Perlakuan adaptasi juga berlaku
untuk pakan. Tentukan jenis pakan yang diberikan, bila pellet maka sedikit demi
sedikit diberi pellet. Bila nantinya pakan berupa ikan segar atau ikan rucah,
maka diberi ikan jambret atau rucah sedikit demi sedikit sampai terbiasa. Yang perlu
diperhatikan, buang bagian-bagian keras ikan segar atau rucah yang akan
diberikan seperti duri-durinya. Potong-potonglah ikan sesuai dengan bukaan
mulut ikan. Pemberian pakan tidak dilakukan sekaligus dalam satu waktu,
melainkan sedikit demi sedikit sampai kenyang (bisa 2-3 kali pemberian dalam
sehari).
Pada saat tahap pembenihan,
tumbuh kembang ikan sangat bervariasi. Perlu dilakukan seleksi untuk mencegah
terjadinya kanibalisme. Pasalnya, ikan-ikan yang masih seukuran mulut ikan-ikan
yang lebihs besar, ikan yang kecil ini bisa disantap.
Bila salinitas kolam penampungan
telah sama dengan air di tambak, benih-benih ini siap ditebar. Sebelumnya, tambak
untuk ternak ikan kerapu tikus perlu diolah terlebih dahulu yang meliputi
pengapuran, pemupukan dan pembasmian hama. Pemasangan jaring untuk sekat-sekat
harus sudah siap sebelum ditebar benih. Untuk mengurangi sifat kanibalisme di
antara ikan-ikan, taruh potongan-potongan pipa peralon di dasar kolam. Potongan
pipa ini bisa dimanfaatkan benih-benih berukuran kecil sebagai tempat
perlindungan.
Penebaran benih dilakukan pada
waktu pagi hari. Pada saat itu kandungan oksigen terlarut sedang meningkat
secara berangsur-angsur. Padat tebar pada tahap pendederan sebanyak 10 ekor/m2.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore dengan dosis
10-20% dari total bobot ikan setiap harinya.
Air tambak harus dijaga
kualitasnya, tambahkan air setiap hari sebanyak 5-10% setiap harinya akibat
adanya penguapan (evaporasi). Tiap bulan sekali air tambak diberi 30 gram kapur
per meter persegi. Supaya tumbuh kembang ikan-ikan terkontrol, perlu dilakukan
sampling tiap 15 hari sekali sampai masa habis pemeliharaan sekitar 2 bulan. Cara
sampling, timbang 20-30 ekor yang diambil dari beberapa area. Dari taksiran
bobot rata-rata per ekor, peternak dapat memperkirakan total bobot ikan dalam
tambak. Dengan data ini, bobot pemberian pakan bisa diperkirakan dengan
mengalikan saja dosis standar yang dipakai. Pemeliharaan dikatakan berhasil
bila pada akhir masa pendederan, jumlah ikan yang hidup sekitar 85% dari jumlah
awal tebar.
Setelah pemeliharaan selama 2
bulan, saatnya masuk tahap pembesaran awal ternak ikan kerapu tikus. Untuk tahap
pembesaran awal tak harus diambil benih-benihnya, lebih praktis dibuka sekatnya
saja. Sebelum dibuka sekatnya, lebih baik dihitung terlebih dahulu jumlah
totalnya. Padat tebar tahap pembesaran awal yaitu 4-5 ekor/m2.
Jenis pakan yang diberikan masih
sama dengan saat tahap pendederan. Dosisnya saja yang diturunkan menjadi 4-6%
dari total bobot ikan tiap harinya. Untuk mengetahui tumbuh kembangnya, lakukan
sampling tiap 15 hari sekali. Pada akhir pemeliharaan, sudah berbobot 50-70
gram per ekor.
Benih-benih ukuran 70 gram/ekor
ini selanjutnya dipindahkan ke tambak pembesaran hingga ukuran konsumsi. Lama pemeliharaan
butuh waktu 15-16 bulan untuk mencapai bobot 350-400 gram per ekor. Pada tahap
pembesaran akhir ternak ikan kerapu tikus, sifat kanibalisme sangat rendah
sehingga hampir sebagian besar ikan kerapu tikus masih tetap hidup.