Sawo pare kediri memang berukuran jumbo dan paling manis di antara sawo-sawo lainnya. Disebut Pare karena buahnya banyak yang berasal dari hasil panenan di Kecamatan Pare, Kediri, Jawa TImur. Buah sawo yang dibelah akan segera langsung membasahi daging buah, terasa lengket di tangan, sangat manis terasa. Maklum, kadar gulanya tinggi bisa mencapai 19-20 briks.
Keunggulan lainnya dari sawo pare kediri yaitu buah berukuran jumbo sebesar bola tenis dengan bentuk lonjong. Tiap 1 kg berisi 7-8 buah berdiameter 5-8 cm. Ukuran buahnya memang hampir sama dengan sawo plampang asal Sumbawa, sawo sumpur asal Sumatera Barat. Kulit buah berwarna kuning, tampak lebih cerah bila dibandingkan dengan sawo-sawo lainnya. Buah matang mengeluarkan aroma khas yang harum. Daging buah berwarna kuning, bertekstur halus dan tak terasa berpasir. Buah sawo ini biasa dijajakan di kios-kios sepanjang jalan Kecamatan Pare.
Produktivitas buah cukup tinggi, tanpa perawatan intensif dari 1 pohon umur puluhan tahun dihasilkan buah sebanyak 1.000-2000 butir. Pohon Achras zapota ini tahan terhadap serangan hama penyakit. Di sini, pohon-pohon sawo dibiarkan tumbuh di pekarangan-pekarang rumah. Kebanyakan sudah berumur puluhan tahun dan merupakan pohon warisan.
Buah sawo pare telah dipasarkan ke berbagai daerah. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Malang, Mojokerto, Bali, Mataram sampai ke Kalimantan. Denga keistimewaan yang dimilikinya, buah sawo ini telah berhasil memikat hati konsumen di berbagai daerah.
Untuk lebih mengkomersialkan buah ini ke masyarakat luas, sudah seharusnya diupayakan pemuliaan-pemuliaan sifatnya. Terutama sosoknya yang dibuat lebih pendek, tapi produktivitas buah tinggi. Perlu juga segera dilakukan regenerasi pohon sawo pare kediri, mengingat pohon-pohon yang ada sudah berumur puluhan tahun dan merupakan pohon warisan turun temurun.