Ikan tawes merupakan ikan penghuni sungai beraliran deras. Pemancing maniak sangat senang memperoleh ikan ini di sungai karena tarikannya (strike) sangat kuat. Hal ini wajar, mengingat ikan ini gesit dalam berenang dan sangat lincah bergerak. Di sungai, ia sering menampakkan kiluan sisiknya dengan punggungnya yang tinggi saat berenang sehingga sering disebut ikan putihan.
Ikan tawes |
Sebagai ikan konsumsi, dagingnya tebal, gurih, tulang lunak, kremes-kremes. Masakan berbahan dasar ikan tawes, antara lain: goreng krispi, pecak, pepes, rujak, ikan bakar, dll.
Ikan yang dipelihara selama satu tahun bisa mencapai bobot 1/2 kg perekor. Dengan bobot sebesar ini, ia sudah bisa dijadikan indukan dan siap dipijahkan. Ikan air deras ini bisa berpijah dengan baik di kolam dataran rendah sampai dengan daerah yang berketinggian 800 m di atas permukaan laut.
Ikan tawes memiliki sifat alami yang kuat sesuai dengan kehidupan habitat aslinya di perairan deras. Ia akan bersedia kawin bila merasakan lingkungan di sekitarnya mirip dengan kondisi asli sungai yang berarus deras. Bisa juga dengan lingkungan perairan yang mirip dengan rawa-rawa (permukaan airnya naik turun karena pada musim hujan). Dengan mengetahui sifat alami seperti ini, kita harus merekayasa kolam seperti layaknya perairan yang kaya oksigen.
Persiapan kolam pemijahan
Kolam pemijahan untuk ikan tawes memerlukan luas minimal 200 meter persegi, maksimal 2.000 meter persegi. Aliran air yang masuk ke kolam harus cukup deras, debit minimal 2 liter/detik. Kolam harus berada di tempat terbuka atau terkena terpaan sinar matahari langsung dari pagi sampai sore hari. Kolam seperti ini akan mudah dikeringkan. Kolam juga harus berdekatan dengan saluran air yang langsung bisa diambil airnya. Lebih bagus lagi letak salurang air lebih tinggi sehingga bisa diatur tingkat kederasan air yang masuk ke kolam.
Induk tawes akan berpijah di dekat pintu pemasukan air. Suara gemericik air dari pintu masuk air akan merangsang indukan ikan tawes untuk melakukan perkawinan. Ini bisa direkayasa dengan cara membuat layaknya air terjun di pintu saluran air masuk ini. Sedangkan di salurang pembuangan, jangan dibuat rekayasa seperti air terjun atau meminimalkan suara gemirick air karena bisa saja ikan tawes malah lebih tertarik ke area saluran pembuangan ini.
Kolam pemijahan tidak boleh berlumpur di bagian dasarnya. Tanah dasar kolam sebaiknya berupa batu kerikil dan pasir. Terutama di bagian kiri kanan kowen yang berdekatan dengan pintu masuk air. Buat hamparan batu kerikil dan pasir sampai sejauh 10 meter dengan lebar sekitar 2 meter. Hal ini bertujuan telur-telur yang telah keluar dan terbuahi tidak sampai terbenam oleh lumpur. Terutama saat indukan tawes sedang banyak bertingkah selama proses pemijahan.
Kolam pemijahan ini juga berfungsi sebagai kolam penetasan telur dan pembesaran benih sekaligus. Dasar kolam sebaiknya berupa tanah liat berpasir. Kowen yang dibangun berukuran lebar 40 cm, dan dalamnya 20 cm untuk menampung benih-benih ikan saat panen kelak. Dasar kolam dibuat melandai ke arah pintu air pengeluaran.
Sebelum proses pemijahan, dasar kolam dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa hari, tapi tanahnya tidak sampai pecah. Hal ini supaya telur-telur tidak sampai masuk ke dalam rekahan-rekahan tanah. Bila sampai terjadi, telur-telur bisa mati karena kekurangan oksigen atau tertimbun endapan lumpur. Bila memang terlanjur retak tanahnya, aliri kembali sebentar, lalu keringkan lagi sampai secukupnya.
Selama proses pengeringan berlangsung, lakukan seleksi indukan tawes yang akan dipijahkan. Induk jantan mudah dibedakan dengan indukan betinanya. Perut indukan betina lebih gendut daripada yang jantan. Pada pipi ikan jantan, terasa lebih kasar daripada yang betina, terutama pada saat matang telur. Indukan jantan memiliki gerakan lebih gesit dibandingkan dengan indukan betina.
Seleksi indukan
Untuk umur indukan betina sebaiknya sudah berumur lebih dari setahun ke atas, minimal 14 bulan. Bila indukan betina pernah dipijahkan, tidak boleh lebih dari 6 kali. Ciri indukan betina yang bagus yaitu sisik besar dan teratur, warna putih mengkilat jelas keperak-perakan. Bagian perut tampak lebar dan gendut, sampai lubang duburnya tergeser jauh ke belakang. Perilakunya lebih jinak dibandingkan dengan tawes betina yang tak memenuhi persyaratan. Indukan jantan yang siap kawin, minimal berumur 10 bulan. Sisik besar, tersusun teratur, warna putih mengkilat jelas keperak-perakan.
Semua indukan tawes harus sudah masuk masa matang telur atau telur-telur yang siap dilepas. Tanda-tanda induk betina yang masuk matan telur:
- Lubang dubur tampak berwarna keputih-putihan.
- Perut mengembang ke arah depan dan belakang, bila diraba terasa lunak dan empuk.
- Bila perut diurut, mudah sekali mengeluarkan cairan hitam dari lubang duburnya.
Hasil seleksi ikan-ikan indukan tawes ini dimasukkan ke kolam terpisah atau kolam pemeliharaan. Bisa dibuat dengan memisahkan kolam pemeliharaan jadi dua dengan membuat pagar dari jaring. Induk betina dimasukkan ke kolam yang berada di sisi bagian yang ada tempat masuk air. Sedangkan induk jantan dimasukkan ke kolam di sisi yang ada bagian saluran pembuangan.
Dengan cara seperti ini, induk betina tidak sampai terangsang mengeluarkan telur-telurnya. Indukan ini juga bisa dengan tenang menyantap makanan yang diberikan tanpa diganggun oleh indukan jantan. Menyimpan indukan ini juga jangan di kolam yang baru saja dikeringkan atau baru saja digenangi air baru. Sebab, indukan betina akan terangsang untuk mengeluarkan telur-telurnya. Bila memang kolam pemeliharaan masih baru, biarkan air dalam kolam sampai tak terasa sebagai air baru.
Pakan untuk indukan
Indukan ikan tawes diberi pakan berupa dedak halus sebanyak 1 kg untuk tiap 30 pasang induk per hari. Setiap 3 hari sekali, beri 2 kg daun-daunan seperti daun talas, singkong, pepaya. Tiap bulan sekali, beri 1/2 kg beras menir. Dengan pakan yang tercukupi, indukan akan memiliki tenaga yang cukup untuk proses pemijahan nantinya. Kolam penyimpanan ukuran 30 meter persegi bisa menampung 30 pasang indukan tawes. Kedalaman air kolam 50-70 cm. Kolam penyimpanan memang harus dalam bila dibandingkan dengan kolam pemijahan. Kolam penyimpanan boleh sedikit ternaungi oleh pepohonan.
Proses pemijahan ikan tawes
Bila kolam pemijahan sudah cukup kering dan indukan juga sudah siap memijah, kolam pemijahan mulai diisi dengan air baru. Lakukan pengisian air pada pagi hari. Bila air sudah mencapai ketinggian sekitar 20 cm, masukkan indukan tawes. Tak perlu menunggu sampai penuh ketinggian air (35-50 cm), asal sudah cukup merendam ikan-ikan sampai punggung. Saluran air harur dijagar kelancarannya.
Jumlah indukan yang masuk ke kolam tergantung pada luas kolam pemijahan yang tersedia. Tiap pasang induk memerlukan luas kolam antara 20-50 meter persegi. Perbandingan bobot induk jantan dan betina 1:1. Bobot induk betina total harus sama dengan bobot induk jantan total dalam satu kolam pemijahan.
Masukkan indukan pada pukul 10 pagi. Biasanya, pada sore harinya mereka mulai kejar-kejaran. Pemijahan ikan tawes berlangsung pada malam hari, sekitar pukul 7-10. Terkadang bisa juga terjadi lebih malam. Saat pemijahan akan terdengar seperti orang yang sedang menggerutu.
Bila air yang masuk ke kolam cukup deras, pemijahan akan terjadi di daerah permukaan. Bila air yang masuk kurang deras, pemijahan terjadi di tempat yang dangkal, misalnya di daerah tepian atau di dekat pintu masuk air. Selama proses pemijahan, beri pakan berupa dedak halus dan dedaunan seperti yang biasa diberi saat di kolam penyimpanan. Keberhasilan memijahkan ikan tawes akan terlihat dari telur-telur yang tersebar di dasar kolam.