Budidaya Palem Merah (Cyrtostachys lakka Becc.)

Banyak yang masih mengalami kesulitan saat mempraktekkan budidaya palem merah (Cyrtostachys lakka Becc.). Walaupun sudah menerapkan teknik yang benar, masih saja alami kegagalan. Nah, apa penyebabnya?
Budidaya palem merah (Cyrtostachys lakka)
Palem merah (Cyrtostachys lakka)
Penyebab utamanya yaitu saat pengambilan anakan baik yang masih berupa tombak maupun yang sudah keluar daun-daunnya. Upayakan pemotongan anakan tombak atau yang sudah berdaun tidak sampai membuat kerusakan yang banyak. Batang maupun akar tidak mengalami kerusakan yang berarti. 



Teknis budidaya palem merah
Anakan yang memiliki daun harus dipangkas seminimal mungkin. Apalagi pada saat dilakukan pemisahan. Pasalnya, pemisahan ini mengakibatkan berhentinya pasokan nutrisi dari induknya. Mau tidak mau nutrisi harus mengandalkan dari akar-akarnya sendiri. Padahal, akar ini belum begitu maksimal menyerap nutrisi dari tanah. Baik proses fotosintesa maupun penyerapan nutrisi dari dalam tanah belum optimal.
Media tanah untuk anakan palem ini harus dijaga kelembabannya. Jangan sampai mengalami kekeringan. Ketersediaan air mutlak diperlukan untuk penyerapan nutrisi dan kebutuhan air untuk tumbuh kembangnya. Setelah 1 bulan sejak tanam, anakan yang daun dan pelepahnya tetap berwarna hijau menandakan perbanyakannya berhasil.Sedangkan perbanyakan yang tidak berhasil akan ditandai dengan mengeringnya daun dan pelepahnya.
Setelah kurang lebih 2 bulan, anakan bisa ditanam ke dalam polibag. Lakukan perawatan dan pemeliharaan seperti pada umumnya bibit-bibit palem lainnya. Pada umur 6 bulan, palem merah siap dijual. Dibandingkan dengan perbanyakan generatif (biji), cara perbanyakan dengan pemisahan anakan dan cangkok akan lebih cepat menghasilkan uang. Kekurangan dari perbanyakan ini, jumlah bibit yang dihasilkan terbatas. Keberhasilan budidaya palem merah memang tergantung pada faktor perlakuan anakan saat pemisahan terjadi.