Birdbody berisi informasi seputar pariwisata, hotel, kuliner dan budaya khas Indonesia
Liburan Akhir Tahun Dan Tahun Baru Bersama Santika Indonesia Hotels & Resorts
Liburan akhir tahun 2014 dan sambut tahun baru 2015 merupakan saat-saat yang tepat untuk berkumpul bersama dengan orang-orang terkasih. Apalagi Anda yang sehari-harinya disibukkan dengan rutinitas kerja yang begitu padat dan menjemukan. Momen-momen penting bersama orang terkasih tentu lebih berharga dari segalanya. Dan Anda bisa melewatkan waktu liburan akhir tahun dan tahun baru bersama dengan Santika Indonesia Hotels & Resorts.
Keinginan untuk bersama keluarga atau orang terkasih pasti selalu ada. Terutama untuk membuat mereka senang dan bahagia. Menghabiskan waktu bersama dan hanya untuk mereka akan membentuk keluarga yang sehat dan bahagia. Untuk itulah, mendapatkan tempat yang bisa menciptkan kebahagiaan adalah suatu keharusan selama masa liburan ini.
Oleh karena itu, sudah tepat Anda memilih liburan akhir tahun dan tahun baru bersama Santika Indonesia Hotels & Resorts. Hotel sekaligus resort yang siap melayani kebutuhan para tamu-tamunya selama berlibur. Hotel ini dilengkapi berbagai fasilitas yang lengkap. Mulai dari kamar, ruang rapat, konvensi, hingga kolam renang. Letaknya pasti mudah terjangkau karena selalu menempati posisi-posisi strategis di pusat-pusat tujuan wisata.
Misal, tujuan wisata Yogyakarta, Hotel Santika terletak di pusat kota yang berdekatan dengan Bandara Adisucipto. Hal yang sama juga di destinasi-destinasi wisata lainnya seperti di Bali, Bandung, Surabaya, Jakarta, Medan, Makassar dll. Hotel Santika Siligita Nusa Dua Bali berlokasi di Nusa Dua. Untuk bisa sampai ke hotel bintang tiga ini, cukup hanya 30 menit perjalanan saja dari Bandara internasional Ngurah Rai.
![]() |
Santika Indonesia Hotels & Resorts |
Selama liburan akhir tahun dan tahun baru bersama Santika indonesia Hotels & Resorts, Anda dengan orang-orang terkasih akan dimanjakan dengan berbagai even-even yang menarik. Pengelola hotel akan menyuguhkan dan menyemarakan momen pergantian tahun dan menyambut tahun baru dengan berbagai even yang sudah pasti ditata apik dan spektakuler oleh mereka. Tidak hanya pesta kembang api dan acara-acara hiburan, suasana dekor yang unik sudah pasti disuguhkan. Apalagi bersamaan dengan hari raya bagi umat nasrani selama liburan berlangsung.
Resep Kue Tradisional, Enak Dan Gurih
Berikut ini resep kue tradisional yang hampir sulit dijumpai lagi di pasar-pasar tradisional. Bagi anak-anak jaman sekarang, nama-nama kue berikut ini mungkin sudah terdengar asing atau tak pernah mendengar lagi namanya. Kue talam, ketimus bulgur, biji salak dan kue nona manis.
Bahan-bahan untuk membuat kue-kue tersebut dominan dari sumber karbohidrat seperti tepung beras, singkong dan ubi. Untuk menciptakan rasa gurih, peran kelapa sangat penting. Mulai dari santannya, gula kelapa hingga parutan kelapa. Seperti yang telah kita ketahui bersama, kelapa mengandung lemak nabati yang cukup banyak. Bau kelapa juga terasa wangi dan segar.
Berikut ini resep kue tradisional yang bisa Anda buat di rumah.
Kue Talam
Bahan-bahan:
1,5 mangkok tepung beras
1/2 mangkok tepung kanji
2,5 mangkok santan kental
1 mangkok gula merah yang sudah dimasak sampai kental
Garam, pandan (diambil sarinya) atau bisa juga memakai panili
Cara membuat:
Semua bahan diaduk-aduk dan dipanaskan di atas api sedang. Aduk-aduk terus sampai mengental. Namun, apabila Anda memilih cara pengukusan, bahan-bahan tersebut tidak perlu sampai matang. Cukup terasa sedikit kental saja. Siapkan loyang yang telah diusap dengan air dingin.Tuang adonan ke dalam loyang. Biarkan mendingin. Sementara itu, siapkan bagian atasannya dengan campuran 1 mangkok santan kental, 1 sendok makan tepung kanji, 1 sendok makan tepung beras, pandan dan garam secukupnya. Semua bahan tersebut disatukan dan dimasak dengan api sedang sampai kental. Setelah kental, baru dituangkan ke atas kue talam. Resep kue tradisional menggunakan bahan-bahan yang segar dan mudah diperoleh di warung-warung atau toko kue.
Ketimus Bulgur
Bahan-bahan:
2 mangkok bulgur masak
1 mangkok parutan kelapa muda
1,5 mangkok irisan gula merah
Garam, kayumanis bubuk dan panili
Cara membuat:
Campur semua bahan sampai rata. Selanjutnya, ambil sesendok-sesendok adonan ke atas lembaran daun pisang. Lipat seperti layaknya membuat lontong. Kukus selama kurang lebih setengah jam atau sampai matang.
Biji Salak
Bahan-bahan:
1 kg ubi merah yang telah dikukus. Ubi kukus ini dikupas.
1 mangkok tepung beras atau terigu
1 mangkok irisan gula merah
3 mangkok air
1 mangkok santan kental
Garam, daun pandan secukupnya
Cara membuat:
Ubi digiling halus. Tambahkan sedikit garam dan tepung. Remas-remas campuran tersebut sampai merata. Buat bentuk bulat-bulat seukuran kelereng. Sementara itu, masak gula merah, air, santan dan daun pandan hingga mendidih. Masukkan bulatan-bulatan ubi ke dalam kuah santan tersebut. Bualatan-bulatan ubi yang mengapung berarti sudah matang. Angkat dan sajikan bersama dengan kuahnya. Akan lebih cantik bila ditambahkan parutan kelapa muda yang telah diberi garam sedikit. Resep kue biji salak ini sangat baik diperkenalkan pada anak-anak zaman ini karena kue biji salak sulit dijumpai di pasar-pasar.
Kue Nona Manis
Bahan-bahan:
1 mangkok parutan singkong
1/3 mangkok parutan kelapa muda
Garam
Air secukupnya
Gincu merah dan gincu hijau
Unti
Cara membuat:
Bahan parutan singkong, kelapa dan garam dicampur jadi satu. Bila adonan terasa kering bisa ditambahkan air secukupnya. Beri warna merah. Siapkan panci dan berisi air yang sudah mendidih. Ambil tutup panci. Ambil sedikit adonan singkong dan pipihkan adonan pada sisi bagian dalam penutup panci. Setelah merata, kembalikan tutup panci kembali ke semula. Biarkan selama 5-7 menit sampai adonan singkong matang. Angkat tutup panci, ambil lembaran singkong masak, taruh unti di tengah-tengahnya dan gulung layaknya sedang membuat dadar gulung. Resep kue tradisional yang bisa dicoba dibuat di rumah Anda. Cocok dibuat bersama-sama dengan semua anggota keluarga Anda.
Resep Kue Tradisional Asli Indonesia
Berikut ini resep kue tradisional yang biasa dibuat oleh kaum hawa di rumah-rumah. Kue-kue ini termasuk ke dalam kelompok kue basah sehingga tidak bisa awet. Harus segera dikonsumsi. Pengolahannya pun terbilang sederhana. Bahan-bahan untuk membuat kue mudah diperoleh di warung-warung atau toko kue. Kali ini kita akan membuat kue bolu kukus, kue lapis, naga sari, kue talam, ketimus bulgur dan biji salak.
Di pasar-pasar tradisional dan di lapak-lapak pinggir jalan, kue-kue tradisional ini dijajakan dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat. Rasanya juga enak. Perlu diketahui bersama, tidak semua jajanan ini memiliki nilai gizi yang tinggi. Beberapa diiantaranya malah termasuk kategori "junk food". Oleh karena itu, jajanan seperti ini sebaiknya dikonsumsi sebagai makanan camilan saja atau makanan untuk teman ngobrol.
Berikut ini resep kue tradisional yang bisa Anda buat di rumah
Bolu kukus
Bahan-bahan:
5 telur
1/4 mangkok gula pasir
3 mangkok terigu
1 mangkok limun atau air kelapa
Panili, essence frambozen, essence citroen, coklat dan gincu merah.
Cara membuat:
Kocok semua telur hingga berbuih. Masukkan gula sedikit demi sedikit sambil dikocok terus-menerus. Lama-kelamaan hasil kocokan telur terasa kaku. Bila diangkat, adonan telur tidak terjatuh dari alat pengocoknya. Masukkan terigu sedikit demi sedikit sambil diaduk lipat potong (gerak memotong dan melipat). Tambahkan juga air limun atau air kelapa. Setelah semua tercampur rata, ambil seperempat dari adonan dan taruh coklat atau gincu merah. Ada dua adonan yaitu adonan berwarna merah dan berwarna putih. Ambil loyang cetakan bolu kukus (berlubang-lubang). Selanjutnya, dialasi dengan kertas minyak. Tuang adonan warna putih di dasarnya. Di bagian atas, tuang adonan berwarna merah. Masukkan loyang ke dalam wadah pengukus yang sebelumnya sudah mendidih airnya. Seluruh bagian loyang harus dipenuhi dengan adonan supaya bagian tengahnya terpecah dan membentuk layaknya bunga yang sedang merekah. Api juga harus dijaga stabil panasnya sehingga uap yang dihasilkannya juga banyak. Lama pengukusan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit (tergantung besar kecilnya cetakan). Jangan pernah membuka wadah pengukusan selama proses pengukusan berlangsung. Tunggu sampai proses benar-benar selesai baru wadah pengukus dibuka. Resep kue tradisional ini bisa Anda praktekkan sendiri dengan mudah.
Kue lapis
Bahan-bahan:
1 mangkok tepung terigu atau beras
1 mangkok tepung tapioka atau kanji
1 mangkok gula pasir
1 mangkok santan kental
Panili, garam, gincu merah, gincu hijau
Cara membuat:
Aduk semua bahan. Terkecuali gincu merah dan gincu hijau. Setelah terbentuk adonan, bagi adonan menjadi 3 bagian. Satu bagian untuk adonan berwarna putih. Satu bagian untuk adonan berwarna merah. Satu bagian lagi untuk adonan berwarna hijau. Siapkan alat pengukus yang airnya sudah mendidih. Siapkan loyang atau cetakan. Lapisi dengan minyak atau mentega. Ambil satu sendok makan adonan hijau ke dalam loyang panas sampai merata.Tutup kukusan tersebut. Setelah 3-5 menit, masukkan adonan warna putih. Ratakan dan tunggu sampai matang (3-5 menit). Masukkan adonan warna merah dan tunggu sampai matang seluruhnya. Setelah matang, angkat dan dinginkan.
Naga Sari
Bahan-bahan:
2 mangkok hunkwe (tepung beras separuh dan hunkwe separuh)
1 mangkok gula pasir
2 mangkok santan kental
3-4 mangkok air
Pisang raja atau nangka dikukus, dipotong-potong
Daun pandan ditumbuk dan diambil sarinya atau dimasak dengan tepung dalam bentuk utuh
Garam
Cara membuat:
2 mangkok air untuk melarutkan tepung. 2 mangkok air lainnya untuk dimasak bersama dengan santan, gula dan garam. Untuk membuat naga sari berbahan dasar tepung hunkwe, begini caranya. Setelah air mendidih, tuang larutan tepung hunkwe sambil diaduk terus-menerus sampai matang. Setelah matang, angkat dan ambil sesendok sendok ke dalam lembaran daun bentuk persegi. Taruh irisan pisang. Lipat sampai rapi. Sedangkan untuk membuat naga sari berbahan dasar tepung beras, memasak tepung beras tidak usah sampai matang betul. Karena, setelah diberi irisan pisang selanjutnya dikukus lagi sampai matang.
Semua resep kue tradisional di atas sudah turun temurun dipraktekkan oleh kaum hawa di Indonesia. Bahkan, kue-kue ini dijadikan sebagai peluang usaha rumahan. Prospeknya tinggi karena banyak yang membutuhkan kue-kue tradisional ini. Terutama pada saat ada acara atau perhelatang-perhelatan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Honey, Sweetener Of Paradise
Throughout the ages, man has recognized the virtues of honey. In ancient civilizations, honey was hailed as the "nectar of the gods", the "elixir of life" and the "milk of Paradise". Even in the Bible, King Solomon's advice has been immortalized, "Eat honey, my son, for it is good for you."
In medieval Europe, physicians consulting eleventh century leechbooks would have prescribed a treatment of honey for medical complaints, including the plague, burns, and amputations. Things would not have been terribly different in Egypt or Sumeria in 2000 B.C. where injuries and illnesses were treated in much the same way.
While the miracle food went a long way to make lives and diets more comfortable, it played an equally significant part in death. Honey was there to cure the ancients, and it was also there to embalm them. In the "Odysseys", the body Archilles was buried "in the clothing of the gods, in lavish unguents and sweet honey." Alexander the great was also sent off to the "other world", placed in honey in a golden coffin. In ancient Egypt, honey was widely used to mummify corpses, being the best known preservative at the time.
To ensure that life was sweet and that Paradise would be even better, offerings had to be made to please the gods. King Ramses III of Egypt must have made quite an impact on the Nile god with his offering of 20 ons of honey. As this sweet ambrosia was universally believed to be part of the Divine Diet, it was widely offered to other gods as well including Artemis, Aphrodite and Dionysus, all of whom were associated with fertility and the abundance of nature.
Made from the nectar of flowers, this natural sweetener is made by bees as food for their larvae and stored in the hive during the winter months. After the nectar has been collected and brought back to the hive, the bees convert it into honey by fanning it with their wings to reduce the moisture content; natural enzymes are added to it as well as part of the process.
For every pound of honey, bees would have had to travel as far as forty thousand miles to collect nectar from two million flower. And in every one-twelfth of a tablespoon of honey is the lifetime's toil of a worker bee.
Each floral source bestow a distintive, different flavour and colour to the honey it produces. The colour of honey can range from water white to dark amber. Generally, the darker the honey, the stronger its flavour, and the lighter the honey, the milder it is.
Of the different kinds of honey available on the supermarket shelves, clover honey is the common, characterized by its delicate flavour and heavy body. One of the purest clover honey is produced in the Canterbury, Otago and Southland provinces of New Zealand where the expanses of land yield few other nectar sources. The fine flavour of alfalfa honey makes a perfect table honey, although the dark coloured tulip poplar honey is more of a favourite in many Arab countries. For those attempting self-improvement, sage honey might be an option worth exploring as its floral source is said to possess the power to make man wise by improving his memory. Sage honey, along with the mild flavoured tupelo honey, is known never to granulate.
The distinct, sharp flavour of manuka honey, produced from the manuka and kanuka trees native to New Zealand, is unique for its antibacterial property. The Maoris and early European settlers used the plant for medicinal purposes: its leaves were boiled and used for intestinal complaints and as a mouthwash, its sap treated burns and scalds and the seed capsules were used to treat open wounds.
The list of over three hundred floral varieties of honey goes on forever with the white-coloured orange blossom honey, buckwheat honey-popular with those who are health conscious-the sharp tasting honey made from thyme, and other exotic varieties such as vipers bugloss, nodding thistle and kamahi.
Today, almost 90 percent of the honey produced ends up in our breakfast menu as table honey. In our busy lifestyle, it serves as a quick energy booster as its sugars-fructose and glucose-are absorbed directly into the blood. Certainly a healthier option than caffeine, or mixing honey with opium to achieve a temporary high as the Chinese did in 600 A.D. At the same time, honey achieves the same sweetness as sugar but with less calories (64 calories per tablespoon).
Probably the most universal way of using honey is baking. A natural sweetener, it retains moisture in cakes and increases their storage life at the same time, and generally lends a richer flavour. Mild honey is more suitable for baking except in the case of fruit cakes when a stronger taste is required.
The taste of honey also blends well with other flavours. Used in marinades, it brings out the other aromas, adding an extra dimension to meat, chicken and sides dishes.
Honey also works well with sauces, ensuring greater body and enhanced flavour. Used during roating, it is able to penetrate the meat, something dry sugar cannot do. To get the distinct taste of honey in meat or confectionery, a more full-bodied, darker variety of honey should be used. Mild honey, usually of a lighter colour, teases the palate with a subtle, underlying hint of flavour. The coupling of honey and tea has long been an item in the western world just as milk and honey, and lemon and honey have been as a means to soothe the system.
One problem with honey is that when it is stored over a period of time, it tends to ferment. While processing honey, yeast, which causes fermentation, is killed by heating. This, in turn, injures the honey if the temperature is too high. In general, darker varieties of honey spoil faster through heating than lighter ones. Still, fermented honey has not always been distasteful. Mead, an alcoholic drink mae from fermented honey, has been popular since antiquity. Residues from mead were found in a Bronze Age grave, medieval poems spoke of mead drinking parties and records gave evidence that 24 tons of mead were used in 1590 to celebrate the wedding of the princess.
Should table honey begin to ferment, it can still be used for baking and in the sweetening of fruits. To ensure that honey is properly stored, it should be kept at 11 degrees C and at 60 percent relative humidity. Granulation occurs when the sugar crystallizes. To dissolve the crystals, stand the jar in fairly hot water for about an hour. If granulated honey is required, some honey which has already granulated can be added as nuclei in the formation of more crystals.
In the hunt for honey at the supermarket, the different forms in which it is available can be confusing. The most common is liquid honey with which we are most familiar. When honey is sold still in the honey comb, it is lebelled comb, or cut-comb honey. In this case, the honey comb is edible. In "organic" honey, neither chemicals nor heat were used during production and processing, and the bees were not fed with sugar to aid in the honey production. Creamed honey is probably the purest honey. A product made entirely of honey, it is processed based on honey's natural tendency to crystallize.
While honey may pale in comparison with other glamorous foods, the world of Pliny the Elder might be mentioned: "Whether it is that this liquid is the sweet of the heavens or whether a saliva emanating from the stars,....it comes to us pure, limpid and genuine.
Sushi, Art And Tasteful
Sushi refers to bite-size morsels of vinegared rice topped with slivers of raw seafood or other condiments. Probably the most common type of sushi is maki, meaning roll in Japanese, which is made by wrapping rice and condiments in nori seaweed. Maki can be divided into three main groups: maki, futomaki and temaki, or California roll. Both maki and futomaki are more or less the same, differing only in size, with futomaki being the bigger of the two. Hand-rolled into a cone, temaki is modified version of the traditional sushi roll, a result of foreign influences on Japanese cuisine.
Nigiri-sushi is also popular, created just about 200 years ago. The rice is shaped like a pillow and usually draped with raw fish or shellfish, like maguro, red snapper, yellow tail, sea eel, cuttlefish, and shrimp. Like most exotic foods, nigiri-sushi is an acquired taste. It certainly takes some getting used to, especially the more unusual varieties like octopus, herring roe, and mirugai or giant clam.
![]() |
Sushi |
The most aesthetically pleasing, however, are the chakin and bijutsu, or art sushi, except that they are spherical in shape. Small and dainty, they were traditionally prepared and eaten by women only. To make them, a suitable amount of rice and the accompanying condiment is placed in a piece of cloth and quickly twisted into a ball so that the hot rice would not burn their hands.
Bijutsu sushi is elaborately decorated, with the highest priority given to aesthetic. Playing on the psychology of the dinner, it is usually served as an appetizer to put the dinner into the right frame of mind. This variety of sushi provides the chef with an opportunity to exhibit and impress with his creativity.
The different kinds of sushi can be served on their own, as zensai or as an essential part of kaiseki meals. While raw seafood is generally the rule in nigiri-sushi, temaki and futomaki- usually stuffed with egg, cucumber, vegetables or fruit, such as avocado- are choice selections for the uninitiated palate.
It is acceptable to eat sushi with fingers. To savour each morsel's flavour, only the topping should be dipped into the soy sauce, and only just so that it complements, and not camouflages, the taste. To take it one step further, it should be placed in the mouth upside-down so that the topping comes into contact with the tongue first. True sushi lovers would clear the palate with slices of ginger between servings.
Also called a 'Japanese sandwich', sushi was conceived when 18-century gamblers in japan did not want the bother of a proper meal to interrupt their game. A convenience food at the time, it is now considered part of Japanese haute cuisine.
Sushi is graded into three categories of merit: matsu, take and ume. A selection of the top-of-the-line matsu sushi would include most shellfish, such as scallop, round clam, abalone, sea urchin and sirloin tuna called toro. A level below that would be take sushi which would feature maguro, red snapper and hamachi. Perhaps the least exotic would be ume sushi with toppings like cucumber, egg or avocado.
Not only are the toppings important in sushi making, but the consistency of the rice must also be just so. Ideally, it should be soft and sticky when steamed. If allowed to get mushy, the whole sushi would be ruined. Of the two major types of rice produced, the round, short-grain Japanese rice is preferred to the long-grained Indian strain. Once the rice is cooked, it is flavoured with vinegar, fanned to room temperature and stored in a tub covered by a cloth. Unlike most foods, sushi rice cannot be kept in the refrigerator.
While the texture of the rice must be perfect, the pressure applied while moulding each morsel is just as important. For both maki and futomaki, a bamboo mat is used to roll the sushi into shape to give a firmer hold and create the straight edges. Temaki, on the other hand, is hand-rolled so that the rice grains are not so densely packed. Nigiri sushi made by masterchefs would be firm enough to hold together yet crumble immediately when eaten.
There are also rules under which sushi is served. To the Japanese, nothing sliced should be served singly or in three's. A single slice, called hito kire, also means 'kill' in Japanese, while three pieces are called mi kire, which means to kill oneself. Certainly not an auspicious start to a meal. Another unforgiveable to present a guest with a platter of four sushi pieces, as the word for 'four' in Japanese also sounds like the word for death.
To be on the safe side and not cause any offence, one could consider serving morikomi-sushi where an assortment of sushi, like nigiri and maki sushi, are arranged on a platter as a party dish.
Sushi can be regarded as the principal fast food in Japan. While hamburger outlets can be found throughout the western world, sushi bars are just as widespread in Japanese cities and neighbourhoods. In fact, sushi bars are, to the Japanese, what pubs are to the English. Walk into any of them in Japan and what will strike you is the general air of camaraderie among the patrons and the chefs.
Accommodating a handful of diners seated on stools, the chef wields a deft hand behind the counter, rolling and moulding a vast range of sushi. In glass-topped display cases, a colourful array of sushi ingredients give visual impact to the sushi bar, designed to look like an old-styled Japanese cottage. Serious sushi eaters sitting round the counter get the morsels tailored to their individual taste from a melange of seafood in front of them. Bright red maguro, pink salmon, orange fish roe and dark green nori seaweed are merely tips of the iceberg. Served on lacquer trays, sushi eaten with shoyu and downed with hot tea or cold beer, followed by an appreciative belch or two.
When one speaks of sushi, it is only natural that sashimi springs to mind. Considered the 'queen of delicacies', it is dish which no Japanese meal can do without. One could say that sashimi is generally 'sushi without the rice'.
The taste of raw meat is not necessarily unpleasant and can be quite an adventure in texture and taste. The subtie flavour of paper thin slices of fish and shellfish is wickedly combined with the explosive sensation of wasabi, so potent that it kills all bacteria on the fish. Preparing sashimi is delicate procedure, whereby the chef's skill is tested from the moment he makes his choice of fish to the time he arranges the shasimi on the plate.
Freshness is the essence of sashimi. The choice of fish, therefore, must be the most crucial step in preparing the delicacy and frozen fish is decidedly not tolerated. As a rule, the fish is killed and bled immediately before it is cut and served at the dining table. Clear, prominent eyes, bright red gills and firm elastic flesh are sure indicators of freshness. Food suitable to go under the sashimi knife include maguro, red snapper, salmon, prawns, and bonito. For the connoisseur, horse-meat, round clam and the infamous puffer fish sashimi can be an exotic encounter.
For the less courageous, isebi-no-ikezukuri, live green lobster, might be an option. As with all other sashimi, only fresh lobster will provide the fine texture required of the dish. Green shelled lobster from Sydney make a strong flavoured sashimi, while Tasmanian and Victorian lobster has a more delicate flavour.
For major celebration, an impressive dish called sugata-zukuri, or whole snapper, would definitely feature.Presented with head, tail and even bones, it serves as a bed on which the sliced flesh of the fish is arranged. Usually, lemon slices are placed in between the sashimi to garnish as well as to serve as a tangy complement.
Wasabi and soy sauce are a must for every dish of sashimi. For variation in taste, though, other ingredients like ginger, sesame, pickled plums, and sesame oil can be used with soy sauce.
Simply slicing up the fish is not enough to create 'genuine' sashimi. The presentation is equally important and the chef must be an artist of sorts, using his artistry to create a dish pleasing to both the palate and the eye.
The wide range of ingredients used in mori-awase, or combination sashimi, allows great scope for the artist-chef to experiment and to exhibit his creative talent, making the most of the texture, colour and shape of each slice.
One could soak in a whole culture just sitting on a tatami mat and picking at sushi and sashimi, hailed as the soul of Japanese cuisine. Frugal, yet so refined.
Budidaya Kangkung Darat Di Pekarangan Rumah
Budidaya kangkung darat bisa dipraktekkan di pekarangan rumah. Untuk bisa sukses menanam kangkung, perhatikan lama paparan sinar matahari pada lokasi lahan yang akan ditanaminya. Pasalnya, kangkung membutuhkan sinar matahari langsung yang lama. Akan lebih baik, bila paparan sinar matahari yang diterima selama sehari penuh.
Untuk mendapatkan lokasi tanam yang sesuai, bagian atap rumah bisa dipakai. Jika halaman rumah kita luas, halaman depan atau belakang rumah juga bisa dipakai. Biasanya, bagian halaman tersebut terkena paparan sinar matahari selama kurang lebih 6 jam penuh.
Budidaya kangkung darat terbilang mudah. Bisa ditanam pada media tanam tanah biasa maupun dengan cara ala hidroponik. Di daerah perkotaan, penanaman dengan cara hidroponik merupakan pilihan yang terbaik. Penamanam tanpa media tanam tanah ini akan membuat lingkungan sekitar tetap bersih. Yang diperlukan hanya ketelatenan selama perawatan dan pemeliharaannya.
![]() |
Kangkung Darat |
Namun, penggunaan media tanam tanah pun sebenarnya oke-oke saja. Asalkan pemupukan dan pemeliharaannya terkontrol. Wadah tanam bisa memakai polibag atau pot. Di daerah perkotaan, organisme hama seperti belalang, ulat relatif sulit dijumpai. Namun, bekicot masih sering dijumpai.
Teknis budidaya kangkung darat sama seperti halnya dengan budidaya sayur-mayur lainnya. Mulai dari penyediaan benih, penyemaian, pemindahan bibit ke wadah pembesaran, pemberian nutrisi, pencegahan serangan hama penyakit hingga pemanenan.
Untuk budidaya kangkung cara hidroponik, sudah tersedia ramuan nutrisi di toko-toko pertanian. Anda tinggal menerapkannya secara langsung. Tidak perlu meracik sendiri. Desain hidroponik juga bisa disesuaikan dengan ketersediaan dana yang Anda miliki. Desain mulai dari yang sederhana sampai dengan yang berteknologi tinggi.
Penanaman dengan pola vertikultur juga bagus dicoba untuk tanaman kangkung. Wadah vertikultur bisa berupa pipa pralon besar yang dibuat berlubang selang-seling. Ini cara yang paling efektif untuk menghemat penggunaan lahan.
Hasil dari budidaya kangkung darat bisa dikonsumsi untuk diri sendiri maupun dijual. Karena jumlah panen biasanya terbatas, lebih baik dikonsumsi untuk sendiri. Toh, tujuan utamanya bukan untuk komersial, tapi untuk meghijaukan daerah perkotaan yang sudah jarang dijumpai tanaman sayur mayur. Manfaat menanam kangkung menjadi ganda, sebagai penghijauan sekaligus pemenuhan pangan keluarga.
Resep Membuat Rempeyek Atau Peyek Kacang Tanah
Berikut ini resep membuat rempeyek atau peyek kacang tanah yang hasilnya terasa renyah dan enak. Bahan-bahan untuk membuat makanan ringan ini mudah diperoleh di warung-warung maupun di pasar-pasar. Harganya pun murah dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat.
Nilai ekonomi rempeyek atau peyek kacang tanah ini cukup tinggi. Produksinya mampu mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat. Harga kemasan satu plastik rempeyek kacang tanah dijual dengan harga Rp 5.000 saja yang isinya 10 biji. Sepadan dengan biaya produksinya yang hanya setengah dari harga jualnya. Anda berminat berwirausaha di industri rumahan ini?
Resep membuat rempeyek atau peyek kacang tanah
Bahan-bahan:
1 mangkok tepung terigu
3 sendok makan tepung beras
Kacang tanah
3 butir kemiri
Air. Bisa juga memakai santan biar lebih terasa gurih
Bawang merah dan bawang putih
Ketumbar
Irisan kecil kunyit
Garam
Minyak goreng
Cara membuat
Kupas kacang tanah dari selaput pembungkusnya. Caranya, direndam air terlebih dulu dalam beberapa waktu hingga selaput pembungkus biji kacang tanah terlepas. Cuci sambil diaduk-aduk sampai selaputnya terlepas semua. Selanjutnya, dijemur. Siapkan bumbu-bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, ketumbar, irisan kecil kunyit dan garam. Ulek bumbu-bumbu tersebut sampai halus dan tercampur merata. Bumbu yang sudah jadi ini siap dicampur dengan tepung. Terlebih dahulu, campur tepung terigu dengan tepung beras sampai merata. Tambahkan air sedikit demi sedikit ke dalam campuran tepung dan bumbunya. Penambahan air ini sampai membentuk adonan yang encer. Panaskan minyak goreng. Ambil satu sendok makan adonan tepung yang kemudian ditaburi kacang tanah secukupnya. Selanjutnya, digoreng.
Takaran resep membuat rempeyek atau peyek kacang tanah ini hanya untuk konsumsi sendiri. Dari satu kali pembuatan akan dihasilkan kurang lebih 10-13 rempeyek saja. Cukup untuk dikonsumsi satu keluarga. Untuk skala industri rumahan, tentu takaran yang diterapkan berbeda. Disesuaikan dengan rencana jumlah produksi rempeyek yang akan dihasilkan.
Proses pembuatan keripik talas renyah dan empuk
Proses pembuatan kacang asin renyah dan empuk
Proses pembuatan keripik kentang empuk dan renyah
Proses pembuatan keripik pisang empuk dan renyah
Proses pembuatan manggleng singkong empuk dan renyah
Proses pembuatan keripik ikan nila dan mujair
Proses pembuatan keripik bayam
Proses pembuatan rempeyek atau peyek kacang tanah
Resep Masakan Keluarga Harian
Idealnya, resep masakan keluarga harian mengandung nutrisi yang lengkap. Seperti kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Semua kandungan nutrisi tersebut dapat diperoleh dari asupan menu harian seperti nasi, sayur mayur, buah-buahan dan susu. Bahan-bahan untuk membuat makanan tersebut mudah diperoleh dan berharga relatif murah. Makanan sehat bukan berarti yang berharga mahal, tapi makanan sehat merupakan makanan yang diolah dengan cara benar dan masih mengandung nutrisi yang bisa diserap dan dibutuhkan oleh tubuh.
Beberapa bahan pengganti seperti nasi bisa juga sebagai asupan harian seperti roti, singkong, nasi jagung, ubi jalar, sagu, sorghum, kentang dll. Memang, yang sudah terbiasa konsumsi nasi akan sulit menerima makanan-makanan pengganti tersebut. Penulis sendiri sudah mencoba mengganti nasi dengan singkong. Ternyata perut masih terasa lapar walaupun jumlah asupan singkong yang dimakan sudah mencukupi.
Berikut ini 3 resep masakan keluarga harian yang kaya nutrisi dan sehat
Sop kentang
Bahan-bahan
1/4 kg kentang
2 liter air
2 sendok makan mentega
2 butir telor, dikocok
1 sendok teh seledri rajangan halus
1 sendok makan rajangan halus bawang merah
Garam dan penyedap rasa secukupnya
Cara membuat sop kentang
Bersihkan kentang dari segala kotoran yang melekat di permukaan kulitnya. Rebus kentang-kentang tersebut ke dalam 2 liter air sampai empuk. Selanjutnya, kentang dikupas dan dihancurkan. Masukkan kembali hancuran kentang ke dalam air rebusan. Tambahkan bawang hingga air mendidih. Ambil telur yang telah dikocok dan goyang-goyangkan ke dalam mentega panas. Goyang terus hingga berubah memerah. Masukkan ke dalam kentang. Beri garam dan penyedap rasa secukupnya. Ketika akan diangkat, masukkan seledri. Sajikan dengan ubi goreng.
Sop kacang hijau
Bahan-bahan:
3 ketimun ukuran sedang
3 sendok makan mentega
1 sendok makan tepung
6 mangkok susu atau air bekas cucian beras (dalam keadaan panas)
2 butir kuning telur yang dikocok
Garam dan penyedap rasa secukupnya
Cara membuat sop kacang hijau sangat gampang. Semua bahan disatukan dan didihkan. Terkecuali untuk seledrinya. Sebelum diangkat, beri seledri. Resep masakan keluarga harian ini sangat mudah dibuat dan cepat proses pembuatannya.
Sop ketimun
Bahan-bahan:
3 ketimun ukuran sedang
3 sendok makan mentega
1 sendok makan tepung
6 mangkok susu atau air bekas cucian beras (dalam keadaan panas)
2 butir kuning telur yang dikocok
Garam dan penyedap rasa secukupnya
Cara membuat
Ketimun dikupas bagian kulitnya. Ambil daging buah ketimun. kemudian, diiris tipis-tipis. Mentega dipanaskan sampai meleleh. Masukkan ketimun dan masak hingga berubah warna agak bening. Masukkan tepung sambil dikocok-kocok. Masukkan susu panas ke dalamnya. Aduk-aduk terus. Tunggu hingga mengental. Setalh itu, angkat dan saring. Sop ini dipanaskan kembali yang kemudian diberi bumbu. Sebelum diangkat, masukkan kocokan kuning telur ke dalam sop tersebut. Biarkan kuning telur sampai matang, baru sop diangkat. Dari melihat komposisi resep masakan keluarga ini, tampak sudah lengkap kandungan nutrisi yang ada di dalamnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)