Wisata Religi Di Bali : Karya Agung Eka Bhuana

Gerak semu matahari yang mulai beranjak menuju ke arah utara dipercaya sebagai awal mulai bulan-bulan penuh keberuntungan dan kesuksesan. Kepercayaan bulan-bulan penuh kesucian dan keberuntungan ini dianut oleh para umat hindu. Bulan-bulan suci ini dimulai pada bulan maret. Bulan ini disebut juga dengan bulan sanga. Pada bulan ini, umat hindu merayakan upacara taur (korban) dan Hari Raya Nyepi menurut kalender saka.

Pada tahun 1996, terjadi peristiwa penting yang jarang terjadi. Upacara korban digabung bersamaan dengan upacara besar "Karya Agung Eka Bhuana". Dalam upacara ini, beberapa upacara seperti upacara Eka Dasa Ludra dan upacara Panca Wali diselenggarakan berbarengan yang hanya bisa terjadi satu kali dalam satu abad.

Wisata religi di Bali: Karya Agung Eka Bhuana
Pura Besakih
Makna utama dari upacara Eka Bhuana yaitu bhuana alit (pembersihan diri) dan bhuana agung (pembersihan lingkungan). Dari penyelenggaraan upacara ini diharapkan menghasilkan manusia-manusia yang sudah terkikis habis dari sifat-sifat tercela dan kotor. Selain itu, ada keseimbangan alam dan alam pun menjadi suci kembali. Upacara ini berlangsung pada saat matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus di atas khatulistiwa.

Upacara ini akan diselenggarakan di Pura Agung Besakih. Pura ini terletak di kaki Gunung Agung. Dibangun oleh manusia suci bernaman Resi Markandheya. Tempat ini dipercaya sebagai sari bunga. Sedangkan, kelopaknya dari pura-pura yang terdapat di seluruh Pulau Bali. Di Pura Besakih ini, upacara agung ini akan berlangsung selama 4 bulan yang dimulai sejak bulan Januari.

Pada perayaan agung ini juga diselenggarakan upacara Melasti. Pada upacara ini, umat hindu mengambil air suci dan mengusung puluhan jempana (rumah kecil berhias). Jempana berisi benda-benda suci dan banten (sesaji) dari pura Besakih. Benda-benda ini nantinya dibawa ke Pantai Klotok dengan cara berjalan kaki yang jaraknya kurang lebih sekitar 35 km.

Pakaian yang dikenakan oleh para peserta upacara berwarna putih-kuning. Mereka mempersembahkan hasil bumi dan hewan-hewan (baik yang melata maupun tegak) kepada Sanghyang Baruna (penguasa laut). Maksud dari persembahan ini supaya umat manusia terjaga dari aral bahaya dan berkenan memberikan rejeki bagi para nelayan. Di Pantai Klotok ini, para peserta upacara bersembahyang sambil membaca doa-doa.

Setelah upacara persembahyangan selesai di Pantai Klotok, akan disusul dengan upacara mapepada. Upacara mapepada yaitu upacara yang bertujuan untuk mensucikan binatang-binatang persembahan. Nantinya hewan-hewan ini disembelih. Dalam penyembelihan ini harus menggunakan pajenengan (keris pusaka) yang bernama "Ratu Pande".

Ada 71 jenis hewan yang akan dibersihkan dan diperciki tirta atau air suci. Ke 71 jenis hewan yang dikorbankan ini, nantinya dipersembahkan kepada Ida Bharata (Sang penguasa keseimbangan alam). Dalam persemabahan ini akan diiringi oleh tarian sakral Baris Jangkak yang hanya bisa dilakukan pada saat upacara ini saja.

Upacara dimulai saat matahari terbit. Pengantaran sesaji dan dupa dibakar selama prosesi upacara. Dipimpin oleh para pandita yang selalu memanjatkan doa-doa suci. Bunyi lonceng-lonceng saling bersahutan, para peserta upacara duduk bersila sambil membacakan doa-doa puji-pujian. Pada saat berdoa, umat berprasah diri, melakukan sembah tangan sambil menjumput koangan, setangkai bunga yang dibungkus daun kelapa.

Umat mendapat siraman air suci. Tetesan-tetesan airnya sampai ke telapak tangan. Kemudian, mereka meminumnya dan membasuhkannya ke wajah mereka. Ini perlambang keberkahan dan Kebesaran dari Tuhan. Sehabis siraman ini, usai sudah upacara besar  "Karya Agung Eka Bhuana". Kelak upacara ini akan dselenggarakan lagi pada tahun 2096.