Showing posts with label Agroindustri. Show all posts
Showing posts with label Agroindustri. Show all posts

Menikmati Kreasi Olahan Sarang Walet

Keinginan Nur Alifah merasakan olahan sarang walet terwujud sudah pada 2012. Ketika itu, ia menemani suami menghadiri pembukaan kedai yang menjual minuman berbahan sarang walet. Di sana, Nur mencicipi teh tarik sarang walet yang disediakan tuan rumah. "Rasanya enak," kata Nur mengenang. Sejak saat itu, dua kali dalam sebulan Nur rutin mengonsumsi teh tarik sarang walet. Ia tertarik mengonsumsi teh itu karena sarang walet terkenal berkhasiat bagi kesehatan. Nur memilih teh karena ia gemar meminum seduhan daun Camelia sinensis.

"Setelah mengonsumsi teh tarik sarang walet, badan menjadi terasa bugar dan tidak mudah lelah," kata warga Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah itu. Penangkar buah di Yogyakarta, Ir Wiwik Wijayahadi dan rekan pun menyempatkan diri mampir ke kedai kopi sarang walet setelah mengunjungi mitra bisnis di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sebagai pencinta biji tanaman anggota famili Rubiaceae, Wiwik memesan kopi susu sarang walet. "Rasanya enak, saya suka," kata penggemar tanaman buah itu.

Terjangkau
Olahan sarang walet yang Nur dan Wiwik konsumsi itu hasil kreasi konsultan walet Asia Tenggara, Drs Arif Budiman. Arief berhasrat memasyarakatkan sarang walet ke seluruh khalayak ramai. Selama ini, sarang walet hanya menjadi sajia kalangan menengah ke atas. Harap mafhum harga sarang walet relatif tinggi. Rp 10-14 juta per kg. Lazimnya sarang walet dibuat menjasi sup.

Selain itu, alasan lain Arief mengolah sarang walet adalah "Untuk menyiasati harga walet yang anjlok," kata ayah 4 putra itu. Sejak Agustus 2011 hingga kini, harga sarang walet turun menjadi Rp 5-7 juta per kg. Jatuhnya harga karena kebijakan Cina yang menghentikan impor sarang walet. Cina konsumen sarang walet terbesar di dunia. Isu tentang bahaya kandungan nitrit tinggi di sarang walet merebak di negeri tirai bambu itu.

Terhambatnya bisnis sarang walet karena ditemukan kadar nitrit di sarang yang di atas ambang Food and Drug Adimistration (FDA) Amerika Serikat, yakni 200 ppm. Pihak Cina menentukan standar batas nitrit maksimum 30 ppm.

Kreasi olahan
Hadirnya minuman olahan sarang walet bisa memotivasi peternak walet agar bangkit. Arief mengatakan, sarang baru panen mengandung nitrit. Melalui proses pencucian, kadar nitrit turun dan aman dikonsumsi. Arief memang belum mengukur kadar nitrit sarang walet yang ia gunakan. Meskipun begitu, Arief menjamin sarang walet yang ia olah aman dikonsumsi. Apalagi kedai kopi sarang walet sudah mendapat Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Artinya produk minuman serbuk walet kreasi Arief aman dikonsumsi. Ketika permintaan kian banyak, "Terbuka kemungkinan kami menerima pasokan dari peternak lain nantinya," ujar alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.

Tidak mudah membuat aneka olahan liur walet. Ariel bereksperimen membuat olahan sarang walet sejak 2006. Semula ia menguji coba kopi, teh, dan es buah walet ke tetangga sekitar rumah. Dengan cara itu, ia mengetahui resep mana yang banyak disukai. Bahkan, untuk resep kopi, Arief mengundang kawannya yang ahli kopi. "Kawan saya yang ahli kopi itu menyukai kopi walet racikan saya'" kata Arief. Setelah dirasa resep olahan walet itu diterima pasar, Ariel mulai menjualnya. Ia menggunakan ruangan di depan rumah berukuran 6 m x 12m untuk kios olahan waletnya.

Saat itu, rata-rata ia menjual 20-50 gelas dengan harga Rp 10-15 ribu/gelas. Dari hari ke hari konsumen semakin banyak. Akhirnya pada 2013 Arief membuat kedai kopi berukuran 6 m x 15 m berjarak 2 km dari lokasi semula. Tempat itu bisa menampung 75 orang. Selain tempat lebih besar, olahan walet pun lebih beragam. Menu tambahan itu, antara lain: kopi susu, kopi tarik, kopi hitam, dan teh susu yang diberandol Rp 15-30 ribu per porsi.

Khasiat
"Menu favorit yaitu teh tarik karena disukai semua umur dan golongan," kata Arief. Dalam sehari, ia rata-rata menjual 200 gelas. Konsumen berasal dari Kendal, Semarang, dan Yogyakarta. Meskipun harganya terjangkau, Arief menjamin khasiat sarang walet tetap terasa. "Konsumen mengonsumsi minuman sarang walet karena khasiatnya," kata Arief.

Ia menggunakan sarang walet berkualitas sedang sebagai bahan baku olahan. Cirinya, antara lain: berbentuk sudut, berwarna putih, serta bersih dari kotoran dan bulu. Sarang walet berasal dari dari rumah walet milik Arief yang tersebar di 4 lokasi yaitu Kapuas, Buntok, Karengpangi, dan Weleri. Tiga tempat pertama berlokasi di Provinsi Kalimantan Tengah. Yang terakhir berlokasi di Kabupaten Kendal, hanya berjarak 2 km dari kedai kopi. "Itulah salah satu alasan olahan sarang walet saya berharga terjangkau," kata Arief.

Sebelum digunakan sarang walet hasil panen dicuci dan dikeringanginkan di suhu ruang selama 6-7 jam. Setelah itu Arief memblender sarang walet agar menjadi serbuk lalu dimasukkan ke oven selama 20 menit. "Pemanasan bertujuan mematikan bakteri," katanya. Setelah dingin serbuk sarang walet disimpan dalam kemasan berbahan aluminum foil.

Peneliti di Balai Besar Pascapanen Pertanian, Sri Usmiati SPt MSI mengatakan pengeringan sarang walet dan dibentuk tepung salah satu cara agar khasiat sarang walet tidak hilang. Sebab jika diolah bersamaan saat menggarang biji kopi sarang walet bisa rusak. Musababnya sebagian besar sarang walet tersusun atas protein yang rentan rusak jika diolah pada suhu tinggi.

Pengembangan pasar
Dalam bentuk serbuk, sarang walet mudah diolah menjadi berbagai menu minuman. Tiap olahan sarang walet memiliki kandungan berbeda. Petugas membuat minuman tinggal memasukkan racikan menu yang dipesan pelanggan. Arief juga menggunakan kopi dan teh kualitas prima sehingga olahan nikmat dan berkhasiat.

Melihat animo masyarakat yang begitu besar dengan kehadiran minuman sarang walet itu, Arief berencana membuka cabang di kota lain. "Daerah yang berminat antara lain: Batam, Jakarta, dan Yogyakarta," kata mantan wartawan di koran harian terbesar di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu. Ia juga berencana membuka kedai kopi sarang walet di Ho Chi Min, Vietnam, dan Shanghai.

Menurut konsultan walet di Kelapagading, Jakarta Utara, Harry K Nugroho MBA, produk sarang walet seperti kopi dan teh merupakan cara lain mengonsumsi sarang walet. "Harga sarang walet yang turun memungkinkan untuk dibuat produk seperti itu," kata Harry. Yang terpenting masyarakat mesti mengetahui khasiat sarang walet. Harry juga melayani konsumen yang membeli sarang walet untuk dijadikan olahan. "Kebanyakan mereka mengambil sarang walet yang patah karena harga lebih murah," ucap praktikus dari Eka Walet Center itu.

Sumber: Trubus 535-Juni 2014/XLV hal. 132

Alat Pengupas Bawang Anti Tangis

Sri Heryati di Pondokkopi, Jakarta Timur, kerap menangis menjelang acara pernikahan, ulang tahun, dan arisan. Namun, tangisan tersebut bukanlah karena ia sedang bersedih. Tangisan itu disebabkan oleh kupasan umbi bawang saat membuat aneka masakan untuk berbagai acara hajatan tersebut. Air mata yang keluar itu disebabkan oleh adanya kandungan sulfur. Saat bawang merah terkelupas, sulfur bereaksi dengan enzim tertentu yang menghasilkan asam sulfenat. Senyawa ini bersifat tak stabil. 

Asam sulfenat dengan cepat akan berubah menjadi senyawa lain yang lebih stabil, propanetiol S-oksida yang mudah menguap. Propanetiol S-oksida itulah yang kontak dengan mata Ibu Sri Heryati sehingga terasa perih dan membuat kemerahan. Reaksi mata akibat kontak dengan zat ini yaitu melindungi dirinya dengan memproduksi air mata supaya zat ini bisa tersingkir. Jadi, hal yang lumrah bila seseorang yang sedang mengupas bawang merah akan tampak selalu mengeluarkan air mata.

Menyingkat waku
Jika hanya mengupas bawang merah sebanyak 1-2 kg saja, pengupas merasakan "menangis" bukanlah suatu masalah yang berarti. Namun, bagaimana jadinya kalau bawang merah yang dikupas sebanyak 100 kg atau lebih dalam waktu sehari? Itulah yang dialami salah satu pengusaha bawang merah di pasar induk Kramatjati, Jakarta Timur. Setiap hari, ia harus menyediakan 400 kg bawang merah kupas untuk beberapa pengusaha jasaboga di Jakarta. Bisa dibayangkan, berapa banyak air mata yang harus keluar untuk bisa memenuhi pesanan bawang merah sebanyak itu.

Selain ritual menangis, "Ia juga mengalami kesulitan mencari tenaga pengupas," kata Surizal, direktur PT Bahagia Jaya Sejahtera di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Belum lagi waktu pengupasan yang memakan waktu cukup lama. "Ia sering mengeluh sampai malam hari karena semua bawang merah belum terkupas, padahal esoknya bawang tersebut harus sudah terkirim ke perusahaan katering," Ujar Surizal yang baru saja menerima pesanan mesin pengering berkapasitas 100 kg/jam dari pengusaha bawang di Jakarta TImur itu.

Dengan mesin pengupas bawang tersebut, pengupasan bawang merah sebanyak 400 kg mampu terselesaikan hanya dalam waktu 4 jam saja. Artinya, waktu pengupasan bisa dipersingkat. Keuntungan lainnya, biaya tenaga bisa lebih hemat karena mesin pengupas bawang cukup dipegang oleh satu orang saja. Mesin pengupas bawang tersebut bertenaga listrik yang mampu menghasilkan bawang merah kupas sampai 88%. "Hasil kupasan bawang putih lebih tinggi mencapai 94%," kata Surizal. Supaya hasil pengupasan optimal, bawang merah sebaiknya dibersihkan dan akar-akarnya yang menempel dibuang. Penghilangan akar-akar ini akan membuat kulit ari bawang merah mudah dikupas. Mesin pengupas bawang ini memiliki bobot ringan sehingga mudah diangkut atau dipindah-pindah karena hanya berbobot 80 kg saja.

Cara kerja sederhana dan praktis
Cara kerja mesin pengupas bawang merah terbilang sederhana saja. Produsen tinggal memasukkan umbi bawang merah yang sudah dibersihkan dari akar-akarnya ke dalam tabung linder, lalu tinggal mesin dihidupkan. Motor listrik di bagian bawah tabung akan menggerakan piringan sehingga dapat berputar dengan kecepatan 120 putaran per menit (rpm). Perputaran piringan ini akan membuat umbi bawang terlempar-lempar di dalam tabung sehingga kulit arinya bisa terkupas. "Rata-rata lama proses pengupasan bawang merah bisa berlangsung hingga 4-6 menit," ujar Surizal.

Bagian samping tabung pengupas bagian atas dilengkapi pengisap yang akan menedot kulit ari untuk selanjutnya dikumpulkan ke dalam suatu wadah penampung. Wadah penampung kulit bisa memakai kantong plastik, karung, maupun ember. Tujuannya, supaya sampah kulit mudah dibuang dan area pengupasan bawang akan tetap bersih. Dengan adanya pengisap itu, maka umbi bawang di dalam tabung pun akan tetap bersih dari kotoran kulit ari.

Mesin pengupas bawang merah ini terbuat dari bahan-bahan yang antikarat sehingga kokoh. Dengan pemakaian bahan-bahan antikarat ini akan membuat bahan-bahan makanan yang diolah akan tetap terjaga kehigienisannya. Mesin pengupas bawang berbahan material stainless steel mampu bertahan sampai 10 tahun, asalkan perawatannya juga benar. Salah satu cara perawatan yang benar yaitu selalu membersihkan mesin setiap kali habis dipakai. Caranya sangat mudah, tinggal menyemprotkan bagian dalam tabung dengan air, lalu diusap dengan lap kering sampai bersih.

Langkah selanjutnya, olesi tabung bagian dalam dengan minyak secara merata. Dengan cara pembersihan seperti ini, mesin bebas getah sehingga tak mudah berkarat. Tersedia beragam bobot mesin yang disesuaikan dengan kapasitasnya, mulai dari 2 kg sampai dengan 25 kg sekali proses. Bagian atas mesin berbentuk silinder, sedangkan bagian bawah berbentuk kubus dengan empat kaki sebagai penopang. Mesin berkapasitas 25 kg memakai tenaga listrik berdaya 750 watt. Kapasitas kupasan yang dihasilkan bisa mencapai 100 kg/jam. Harga mesin ini berkisar di angka Rp 15-30 juta, tergantung kapasitas mesin. Dengan memakai alat pengupas bawang ini, rasa menangis pun menjauh.

7 Kultivar Lada Unggulan dengan Produktivitas Lebih Dari 3 ton/ha

7 kultivar lada unggulan ini memiliki potensi produktivitas mencapai lebih dari 3 ton/ha. Angka yang dinanti-nanti oleh para pekebun lada karena mereka terbiasa dengan hasil panenan lada yang hanya sebanyak 500-850 kg/ha. Apa sajakah ketujuh kultivar lada tersebut?
7 Kultivar Lada Unggulan dengan Produktivitas Lebih Dari 3 ton/ha
Bulir rapat dipenuhi buah

Ketujuh kultivar lada berikut ini merupakan hasil seleksi plasma nutfah yang dikoleksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor. Tanaman-tanaman lada ini berasal dari berbagai daerah dan mereka memang memiliki kriteria unggul. Kriteria-kriteria unggul tersebut, antara lain: produksi tinggi, mampu berbuah secara teratur sepanjang tahun, buah mampu masak serentak, bunga relatif rapat dalam tiap bulir, tingkat persentase buah yang jadi tinggi, ukuran besar, dan kadar minyak tinggi.

Berikuti ini deskripsi 7 kultivar lada unggulan
1. Petailing-1
Keturunan varietas Lampung Daun Lebar (LDL) yang ditanam di Bangka. Bila diolah menjadi lada putih menjadi 2,8 kg/tanaman atau 4.480 kg/ha. Mulai berbuah pada bulan ke-10 sejak tanam. Jumlah rata-rata bulir tiap cabang sebanyak 13,4. Panjang bulir 8,7 cm yang berisi buah sekitar 60 butir. Persentase buah yang terbentuk sempurna bisa mencapai 64,8%. Kadar minyak 3,68%. Varietas petiling-1 mampu berbuah ditanam di lahan yang kurang subur. Tahan terhadap penyakit kuning, tapi masih mudah terserang oleh penyakit busuk batang.

2. Petailing-2
Hasil proses seleksi varietas Jambi yang ditanam di Bangka. Kultivar lada ini mulai berbunga teratur pada bulan ke-11 sejak ditanam. Produktivitas rata-rata tiap cabang sebanyak 11,5 bulir. Panjang bulir 11 cm yang berisi buah sekitar 80 butir. Tingkat persentase buah jadi sebanyak 66,1%. Tiap tanaman bisa menghasilkan lada putih kering sebanyak 3 kg atau 4.120 kg/ha. Kadar minyak 4,61%. Kultivar petailing-2 mudah terserang penyakit kuning, tapi agak tahan dengan penyakit busuk pangkal batang.

3. Natar-1
Natar-1 merupakan hasil seleksi klon dari varietas Belantung asal Lampung. Pertumbuhan dan perkembangannya akan lebih bagus bila dilakukan pemupukan yang tepat serta menerima sinar matahari yang cukup. Kultivar ini tahan terhadap penakit busuk pangkal batang. Sayangnya masih mudah terserang penyakit kuning. Sosok tanamannya yang merambat sangat bagus ditanam dengan tiang panjat hidup. Tentunya, pastikan wilayah tanam tersebut belum memiliki tingkat penularan penyakit busuk pangkal batang yang tinggi.

Kultivar natar-1 berbunga musiman, waktunya agak terlambat bila dibandingkan dengan kultivar-kultivar lainnya. Tiap cabang bisa menghasilkan bulir sebanyak 14,6. Panjang bulir rata-rata 8,7 cm dengan jumlah buah sebanyak 57,3. Tingkat persentase buah yang berhasil jadi bisa mencapai 66,7%. Produktivitas hasil lada hitam kering 2,5 kg/tanaman atau bisa menghasilkan produksi 4 ton/ha. Kadar minyak 3,27%.

4. Natar-2
Kultivar natar-2 merupakan hasil seleksi lada jenis kerinci yang dibudidayakan di Lampung. Batangnya pipih agak bulat. Kultivar ini rentan pada penyakit busuk pangkal batang. Ia akan mulai berbunga pada umur 12 bulan sejak tanam. Tiap cabang menghasilkan jumlah rata-rata bulir sebanyak 11,3. Panjang bulir mencapai 8,1 cm dengan jumlah buah sebanyak 56. Tingkat persentase buah yang berhasil jadi sebanyak 60,4%. Produktivitas lada hitam kering sebanyak 2,2 kg/tanaman atau 3,52 ton/ha. Kadar minyak 3,13%.

5. Lampung daun kecil
Kultivar yang tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang, tapi masih rentan terhadap penyakit kuning. Saat berbunga, ia bersifat serempak. Tiap cabang bisa menghasilkan jumlah rata-rata bulir sebanyak 34,9. Panjang bulir rata-rata 7,78 cm dengan jumlah buah 73,52. Tingkat persentase buah yang jadi sebanyak 48,46%. Produktivitas buah mencapai 2,42 kg/tanaman atau 3.885 kg/ha. Kadar minyak 3,83%.

6. Chunuk
Kultivar yang tahan penyakit busuk pangkal batang, tapi masih rentan terhadap penyakit kuning. Kultivar ini mampu berbunga terus-menerus. Tiap cabang bisa menghasilkan jumlah rata-rata bulir sebanyak 25,6. Panjang bulir 9,2 cm dengan jumlah rata-rata buah sebanyak 66,56. Tingkat persentase buah yang berhasil jadi sebanyak 43,39%. Produktivitas lada putih kering sebanyak 3 kg. Panen buah tak serempak, bisa 3 kali panen tiap tahun. Tiap panen bisa menghasilkan 1.970 kg/ha. Kadar minyak 3,65%.

7. Bengkayang
Kultivar asal Kalimantan Barat ini memiliki produktivitas yang tinggi yaitu bisa menghasilkan lada putih kering sebanyak 4.669 kg/ha. Tiap cabang bisa menghasilkan bulir sebanyak 42,6. Panjang bulir 9,8 cm dengan jumlah rata-rata buah 84,22. Tingkat persentase buah yang berhasil jadi sebanyak 68,3%. Kadar minyak 3,68%. Kultivar ini rentan terhadap penyakit busuk pangkal batang dan penyakit kuning sehingga dianjurkan untuk ditanam di lahan yang benar-benar terbebas dari penyakit tersebut.

Cara Membuat Dendeng Daging Sapi

Berikut ini cara membuat dendeng daging sapi yang bisa dilakukan dalam skala rumah tangga maupun usaha kecil menengah. Untuk membuat dendeng berkualitas tinggi, diperlukan daging yang seminimal mungkin tanpa lemak atau lebih baik lagi hanya berupa daging saja. Daging yang seperti ini akan menghasilkan dendeng yang rasanya enak dan awet disimpan.

Daging segar tak bisa tahan lama disimpan pada suhu kamar. Untuk mengawetkan daging segar ini perlu diberi perlakuan khusus. Pengawetan daging memberikan banyak keuntungan, antara lain: harga jual lebih tinggi, mudah diperdagangkan ke tempat-tempat yang jauh, bermanfaat sebagai makanan cadangan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Salah satu cara pengawetan daging yaitu dibuat dendeng. Pengawetan seperti ini sudah dikenal sejak nenek moyang kita. Dendeng bisa awet sampai berbulan-bulan bila diletakkan di ruang penyimpanan yang baik. Pada dasarnya, hampir semua jenis daging bisa dibuat menjadi dendeng. Baik itu daging yang berasal dari hewan ternak (sapi, kerbau, kambing dan domba) maupun hasil perburuan (kijang, rusa, babi hutan). Asalkan daging dalam kondisi baik dan berasal dari hewan sehat.

Lemak harus seminimal mungkin
Pilih daging yang sehat dan telah dilayukan selama beberapa waktu. Daging yang asalnya baru saja disembelih, kurang baik diolah langsung menjadi dendeng. Daging ini masih berlangsung peristiwa 'rigor mortis' atau kejang bangkai. Daging ini juga masih terasa keras. Bila dipaksakan diolah, akan dihasilkan daging olahan yang keras dan alot. Daging seperti ini perlu dilayukan atau didiamkan selama 24 jam supaya empuk.

Daging yang diambil dari paha dan lulur akan memberikan hasil yang terbaik. Pasalnya, daging di bagian tersebut sangat sedikit mengandung lemak sehingga mudah dikeringkan dan bisa memberikan hasil dendeng berkualitas baik. Meskipun bagian-bagian lainnya bisa juga diolah menjadi dendeng, asalkan tidak banyak mengandung lemak.

Cara membuat dendeng daging sapi
Bahan-bahan

  • Daging sapi     10 kg


Bumbu-bumbu

  • Gula pasir          2 kg
  • Gula jawa          4 ons
  • Garam dapur      4 ons
  • Ketumbar          2 ons
  • Bawang putih     60 gram
  • Laos kering        40 gram
  • Jinten                 20 gram
  • Sendawa           20 gram

Sendawa ini akan membuat warna daging kecoklat-coklatan sekaligus bahan pengawet.

Alat-alat

  • Pisau
  • Meja papan
  • Nyiru
  • Panci
  • Alat pengering


Langkah-langkah pembuatan

  1. Bersihkan daging dari lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan urat-urat syaraf sehingga yang tersisa berupa jaringan otot atau dagingnya saja. 
  2. Sayat tipis-tipis daging di atas meja papan. Tebal sayatan kira-kira 1 cm, lebar 5 cm dan panjang 10 cm. Sayatan mengikuti arah serat daging supaya lebih mudah dalam penyanyatan dan pemotongan juga hasil sayatan akan tampak bagus.
  3. Rendam sayatan-sayatan daging tersebut ke dalam cairan bumbu. Bumbu dibuat dengan cara merebus gula pasir dan gula jawa sampai mencair, lalu tambahkan bumbu lainnya yang telah dihaluskan seperti garam dapur, sendawa, bawang putih, ketumbar, laos kering dan jinten. Semua bumbu yang tercampur diaduk sampai merata. Setelah bumbu dingin, baru sayatan-sayatan daging dimasukkan ke dalam bumbu ini. Supaya bumbu cepat meresap ke dalam daging, sayatan daging diremas-remas pakai sendok kayu selama beberapa lama di dalam larutan bumbu. Selanjutnya, biarkan terendam selama 48 jam. Pastikan ruang penyimpanan sejuk dan bersih.
  4. Lakukan penjemuran di ruang plastik. Ruang penjemuran ini terbuat dari plastik yang dimulai dari atap, dinding layaknya greenhouse. Ruangan penjemuran ini berukuran 150 cm x 150 cm x 200 cm. Buat salah satu sisinya bisa dibuka dan ditutup. Di dalam ruangan diletakkan rak bambu sebanyak 4 tingkat dengan jarak 40 cm. Letakkan daging-daging di atas nyiru dan atur di rak bambu tersebut. Penjemuran langsung di luar bisa saja dilakukan, tapi butuh waktu lama dan riskan terkontaminasi lalat dan debu-debu. 


Dari 10 kg daging sapi akan dihasilkan dendeng kering sebanyak 7,5 kg. Dendeng kering berkadar air 12% sehingga bisa tahan disimpan sampai 6 bulan lamanya. Ruang penyimpanan harus bersih, kering dan tertutup rapat.

Cara Membuat Gaplek Jahe Hitam dan Putih

Berikut ini cara membuat gaplek jahe hitam dan putih yang mudah dilakukan bagi para petani. Gaplek jahe akan membuat awet dan tahan disimpan sampai berbulan-bulan. Produk pengawetan jahe seperti inilah yang diminta oleh pasar ekspor. Harga jualnya tentu sangat tinggi dibandingkan dengan pasar lokal. Anda berminat?
Cara Membuat Gaplek Jahe Hitam dan Putih
Bubuk jahe bersama bubuk rempah-rempah lainnya
Sejak jaman prasejarah, umbi jahe sudah dikenal sebagai obat penting dalam kehidupan manusia. Herbalis orang-orang Yunani kuno menyebutnya sebagai 'De Materia Medica', artinya bahan obat yang tiada taranya. Sebutan tersebut tak berlebihan karena rimpang tanaman ini berkhasiat menghangatkan perut, memperlancar pencernaan, dan menawarkan racun tertentu di dalam tubuh.

Tak hanya orang-orang Yunani kuno saja yang mengetahui keampuhan khasiat jahe, tabib-tabib China, India sudah terbiasa memanfaatkan jahe untuk menyembuhkan rematik, sakit kepala, dan sakit perut. Rimpang jahe berkhasita juga untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan, memperlancar keluarnya keringat dan mampu menurunkan suhu tubuh secara berangsur-angsur dan teratur.

Sosok jahe
Nama ilmiah jahe yaitu Zingiber officinale yang artinya berbentuk tanduk. Sebutan ini mudah dipahami karena bentuk rimpangnya yang mirip tanduk menjangan. Berdasarkan ukuran rimpangnya, dibedakan dua yaitu jahe besar dan jahe kecil. Berdasarkan warna umbinya, dibedakan jadi dua juga yaitu jahe sunti (merah) dan jahe badak (putih).

Bentuk rimpang jahe agak pipih, dan bercabang-cabang mirip umbi. Nantinya dari umbi-umbi ini bisa muncul tunas-tunas batang serta daun-daunnya. Rimpang mengandung minyak esensial yang berasa pedas. Rasa pedas ini berasal dari zat yang bernama oleoresin.

Pemanenan jahe
Selama ini, pemanenan jahe bergantung pada pemanfaatannya. Bila ingin dimanfaatkan sebagai manisan, pemanenan yang terbaik tentu saat rimpang masih muda. Bila akan dimanfaatkan sebagai obat, pemanenan dilakukan sewaktu tanaman mulai berbunga. Bila pemanenan terlambat akan diperoleh umbi jahe berserat kasar dan keras.

Rimpang-rimpang jahe yang sudah diambil, tinggal dibersihkan dari akar-akar serabut dan kotoran-kotoran tanah yang melekat. Untuk mencegah terjadinya keriput, tumbuh tunas, tumbuh jamur perlu teknik penyimpanan dan pengawetan yang baik.

Mengamankan umbi segar
Rimpang-rimpang jahe mudah rusak bila disimpan pada suhu ruang yang tinggi dengan disertai kelembaban yang tinggi pula. Ruangan bersuhu tinggi akan meningkatkan aktifitas mikroorganisme dan giatnya enzim-enzim yang bekerja di dalam rimpang. Hal ini yang mengakibatkan rimpang-rimpang jahe mudah layu dan terjadi keriput-keriput.

Supaya rimpang-rimpang jahe segar tetap berkualitas bagus, simpan di ruangan yang bersuhu sekitar 27,5 derajat Celcius dengan kelembaban 10-25%. Ruangan bersuhu rendah akan mencegah aktifitas mikrorganisme dan menghambat aktifitas enzim-enzim. Kelembaban yang konstan pada angka tersebut akan mencegah rimpang-rimpang jahe kehilangan air, tapi masih mampu mempertahankan keamanan bahan dari serangan cendawan dan mikroba-mikroba merugikan lainnya. Walaupun begitu, semua tergantung pada umur tanaman saat dipanen dan varietas jahe yang dipanen.

Pengawetan jahe
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor, jahe yang diinginkan dalam berbagai bentuk, antara lain: minyak jahe (Ginger Oil), gaplek jahe atau umbi jahe kering, bubuk jahe dan olahan-olahan lainnya. Untuk olahan gaplek jahe terdapat dua macam yaitu gaplek jahe hitam dan gaplek jahe putih.

Cara membuat gaplek jahe hitam dan putih
Prosesnya sederhana, untuk pengeringan cukup dengan bantuan sinar matahari. Alat yang diperlukan, antara lain: ember untuk mencuci, keranjang, panci besar untuk merebus dan alat untuk menjemur.

Langkah-langkah membuat gaplek jahe hitam

  1. Rimpang-rimpang jahe dibersihkan dari akar-akar serabut dan kotoran-kotoran tanah yang melekat.
  2. Masukkan ke dalam keranjang. Rendam ke dalam air mendidih di dalam panci besar selama 15 menit.
  3. Rimpang-rimpang jahe ini ditebarkan ke lantai penjemuran yang bersih.
  4. Jemur selama 6-8 hari. Nantinya akan diperoleh jahe kering hitam karena kulit tidak dikelupas. Penyusutan berat dari jahe segar sampai jahe kering sekitar 70%.
Langkah-langkah membuat gaplek jahe putih
  1. Bersihkan rimpang-rimpang jahe dari akar-akar serabut dan kotoran-kotoran tanah yang melekat.
  2. Masukkan rimpang-rimpang jahe ke dalam keranjang dan rendam ke dalam air mendidih selama 15 menit.
  3. Dinginkan rimpang-rimpang jahe ini, selanjutnya dikupas kulitnya dengan pisau.
  4. Umbi-umbi yang sudah dikelupas kulitnya direndam ke dalam air dingin selama semalam.
  5. Esok pagi, umbi-umbi jahe dijemur di bawah sinar matahari. Penjemuran yang dilakukan di atas lantai akan membuat umbi-umbi kering setelah 6-7 hari penjemuran. Bila menggunakan alat pegering khusus, pengeringan bisa lebih singkat, hanya butuh 2-3 hari saja.
Gaplek jahe hitam dan putih yang berkualitas baik memiliki kadar air 7-12%, bentuknya tidak pecah-pecah, warna putih, tidak ditumbuhi cendawan, terasa keras dan tidak berkerut-kerut, bagian dalam masih basah, padat dan tidak terdapat noda atau bercak-bercak sama sekali.

Gaplek jahe hitam dan putih ini nantinya diolah lagi di negara tujuan ekspor menjadi bubuk atau bentuk olahan lainnya. Pasar Eropa biasanya lebih menyukai gaplek jahe putih dibandingkan dengan gaplek jahe hitam karena tampilannya tentu lebih bersih dan tampak menarik.

Aneka Produk Awetan Cabai

Berikut ini beberapa aneka produk awetan cabai yang bisa dibuat dalam skala rumahan. Produk tersebut, antara lain; bubuk cabai, cabai kering utuh, dan cabai kering gilingan kasar. Ketiga produkt tersebut memiliki nilai jual yang tinggi sehingga bisa meraup laba besar walau harga cabai sedang tiarap jatuh ke tingkat dasar. Anda berminat?
Aneka Produk Awetan Cabai
Tepung cabai, pangsa pasarnya restoran-restoran asing
Untuk membuat bubuk cabai, gunakan cabai kering yang sudah disortir berdasarkan bentuk, ukuran, warna dan rasa. Tujuannya supaya kualitas yang diperoleh tetap terjamin. Periksa kadar air menggunakan oven microwave. Cabai kering dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105 derajat Celcius selama 6 jam. Hasil pengeringan seperti ini akan diperoleh cabai kering berkadar air 14%. Langkah selanjutnya tinggal membuang tangkai dan biji dari daging buah cabai.

Dagin buah cabai selanjutnya masuk ke mesin penggilingan berkapasitas 200 kg. Mesin penggiling ini bisa mengolah 40 kg cabai kering tiap satu putaran. Mesin ini butuh bahan bakar solar 10 liter tiap harinya. Supaya dihasilkan bubuk cabai yang berkualitas baik, lakukan penggilingan sebanyak 3 kali. Hasil gilingan selanjutnya masuk ke dalam mesin pengayak untuk menyaring bubuk cabai sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Tiap 6 kg cabai segar bisa menghasilkan 1 kg bubuk cabai berkualitas baik. Bubuk cabai merupakan salah satu aneka produk awetan cabai yang pangsa pasarnya menyasar restoran-restoran China dan Jepang.

Selain dibuat menjadi bubuk cabai, produk awetan lainnya yaitu cabai kering. Ini merupakan salah satu cara pengawetan yang paling sederhana. Pangsa pasarnya yang terbesar yaitu masyarakat Kalimantan yang butuh cabai kering untuk berbagai menu masakannya.

Produk awetan cabai lainnya yaitu cabai kering gilingan kasar. Bisa digiling yang masih menyertakan biji dan tangkai atau hanya berupa dagin buah cabai saja. Bagi konsumen yang menyukai rasa pedas kuat tentu gilingan biji cabai harus disertakan. Variasi olahan cabe memang masih kalah dengan cabai segar yang kadung familier dipakai untuk berbagai masakan. Namun, pasar punya kebebasan memilih produk. Apalagi pada saat harga cabai segar naik membumbung tinggi mengalahkan harga daging sapi. Aneka produk awetan cabai merupakan solusi tepat untuk mengatasinya.

Gaharu, Si Wangi Berharga Super Mahal

Gaharu adalah bagian pohon dari jenis Aquilaria sp yang terinfeksi oleh mikroorganisme yang menghasilkan substrat aromatik. Berbeda dengan budidaya jenis-jenis tanaman lainnya yang harus terbebas dari penyakit. Budidaya gaharu justru mengharapkan tanamannya terserang penyakit. Terutama terkena serangan penyakit dari jenis cendawan dan bakteri.
Gaharu, Si Wangi Berharga Super Mahal
Pohon yang sengaja diinfeksi dengan cendawan patogen untuk menghasilkan gaharu
Produksi senyawa kimia aromatik ini sebenarnya sebagai upaya perlawanan tanaman untuk mematikan cendawan dan bakteri patogen. Senyawa aromatik ini dikenal dengan sebutan sesqueterpena yaitu senyawa kimia yang bersifat fitoaleksin. Jenis-jenis mikrorganisme patogen yang bisa merangsang produksi senyawa sesqueterpena, antara lain; Fusarium oxysporum, F. solanii, Libertella sp., Trichoderma sp., Scytalidium sp., dan Thielaviopsis sp.

Harga super mahal gaharu disebabkan oleh senyawa sesquiterpena yang sangat begitu spesifik. Senyawa ini tidak bisa dibuat secara sintetis atau dipalsukan dengan bahan-bahan lainnya. Senyawa turunan dari sesquiterpena, antara lain; agarospirol dan jinkohol. Kualitas gaharu ditentukan dari kandungan sesquiterpena yang diukur dari rendeman dan jenis komponen senyawanya. Sesquiterpena pada jenis Aquilaria malaccensis ternyata lebih lengkap dibandingkan dengan jenis Aquilaria lainnya. Selain itu, gaharu yang berasal dari Pohon Aquilaria malaccensis mengandung agarospirol dan jinkohol yang lebih tinggi daripada jenis Aquilaria lainnya. Jadi, tak heran kalau harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan gaharu lain-lainnya.

Jenis-jenis pohon lainnya yang bisa menghasilkan gaharu, antara lain; A. hirta, A. microcarpa, A. beccariana dan A. filaria. Jenis introduksi yaitu A. crassna. Dalam dunia perdagangan, gaharu dikenal dengan sebutan agarwood, aloewood dan eaglewood. Ada 4 kelas mutu yaitu super, A, B, dan C. Untuk kelas super masuk golongan gubal gaharu, sedangkan yang kelas A sampai D disebut kemedangan. Gubal gaharu memiliki bentuk yang beragam, berwarna hitam dan sangat wangi. Sedangkan kemedangan berukuran besar, berwarna coklat dan coklat kehitaman. Aroma kemedangan lebih rendah daripada gubal gaharu.

Cara Membuat VCO Dengan VCO Pancingan

Berikut ini cara membuat VCO dengan VCO pancingan. Mula-mula santan kelapa disiapkan, selanjutnya dituangkan VCO pancingan dan diaduk-aduk sampai merata. Biarkan selama 8 jam atau lebih. VCO inilah yang nantinya akan memancing VCO dari dalam santan kelapa ini. Sangat sederhana dan lebih cepat bila dibandingkan dengan cara lainnya. Dari 10 butir kelapa tua bisa dihasilkan VCO sebanyak 1 liter.
Cara Membuat VCO Dengan VCO Pancingan
VCO si minyak perawan
Metode menghasilkan VCO yang sudah dikenal oleh masyarakat luas ada 2, yaitu cara pemanasan dan cara peragian. Sayangnya, cara pemanasan bisa menimbulkan bau tengik. Sedangkan cara peragian membutuhkan asupan bakteri yang sampai saat ini masih sulit diperoleh. Cara dengan pancingan merupakan cara alternatif yang brilian karena untuk mengatasi kelemahan kedua cara sebelumnya. Dengan VCO pancingan, minyak yang dihasilkan tidak berbau tengik dan metodenya sederhana.

Cara membuat VCO dengan VCO pancingan
Buat santan kental dari kelapa tua sebanyak 10 butir. Diamkan santan kental selama 15-30 menit. Nantinya akan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berupa kanil sebanyak 3-4 liter, dan lapisan bawahnya berupa air sebanyak 2-3 liter air. Buang lapisan bawah yang berupa air dengan cara membuka keran wadah. Sekarang, yang tersisa hanya kanilnya. Kanil merupakan emulsi yang tersusun atas air, protein dan minyak. Selanjutnya, masukkan VCO pancingan sebanyak 1 liter ke dalam kanil, lalu diaduk sampai tercampur merata. Lama pengadukan bisa sampai 5-15 menit. Diamkan campuran tersebut selama 8-10 jam. Selama pendiaman ini akan terjadi proses ikatan antara VCO dengan calon minyak di dalam kanil sehingga terlepas dari protein dan air di sekelilingnya.

Campuran ini akan terbentuk 3 lapisa, yaitu lapisan teratas berupa minyak, lapisan bawahnya berupa blondo dan yan terbawah berupa air. Untuk mendapatkan minyaknya, alirkan melalui selang yang ditampung pada suatu wadah. Biasanya akan diperoleh 2 liter minyak yang terdiri dari 1 liter minyak pancingan dan 1 liter minyak yang terpancing. Minyak hasil pancingan ini berbau khas kelapa sehingga perlu dijernihkan dengan proses penyaringan.

Proses penjernihan menggunakan galon yang bagian bawahnya telah terbuka. Balikkan mulut galon seperti yang biasa kita lakukan ke dalam dispenser. Beri zeolit ukuran 14-20 mesh yang telah diaktivasi atau dipanaskan pada suhu 120 derajat Celcius selama 2 jam. Zeolit ditaruh ke dalam galon dengan ketebalan lapisan 1/4 tinggi galon. Selanjutnya, tuangkan VCO yang akan disaring. Setelah melewati zeolit, minyak yang tampak keruh itu akan jernih.

Bagian dari hasil cara membuat VCO dengan VCO Pancingan yang belum diolah lebih lanjut yaitu blondo. Untuk lapisan blondo sebenarnya masih mengandung minyak. Untuk mengeluarkannya dilakukan pemanasan. Blondo diaduk-aduk di atas penggorengan, air akan menguap, karbon akan tetap di penggorengan (berwarna hitam), dan minyak juga tetap di penggorengan. Minyak ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti bahan dasar pembuatan sabun, minyak rambut dan kosmetik.