Showing posts with label Arsitektur. Show all posts
Showing posts with label Arsitektur. Show all posts

Cara Merancang Model Rumah Minimalis Sendiri

Saat merancang model rumah minimalis, biasanya kita perlu bantuan seorang arsitek atau tukang gambar. Namun, ada baiknya kita juga bisa belajar sendiri untuk membuatnya karena terbilang mudah dipraktekkan. Sebelum mulai membuat gambar rancangan, ada baiknya banyak-banyak melihat desain rumah minimalis dari berbagai sumber. Bisa dimulai dari membeli buku-buku desain, brosur-brosur rumah minimalis, pameran, dll.
Data-data yang diperlukan bisa saja berasal dari ide sendiri maupun dari orang lain. Lebih baik lagi kalau ide tersebut berasal dari keinginan semua anggota keluarga. Untuk mencari inspirasi dalam merancang model rumah minimalis bisa dilakukan dengan cara:

  •  Banyak berjalan-jalan.
  • Cari referensi dari berbagai sumber
  • Rajin mendatangi pameran properti
  •  Meminta pendapat dari semua anggota keluarga.

Berikut ini cara merancang model rumah minimalis sendiri
Setelah pengumpulan sumber-sumber referensi dirasa telah cukup, saatnya mulai mendesain. Tahap mendesain ini bisa terasa lebih menyenangkan dari semua tahapan proses perancangan yang ada. Tahapan ini seperti layaknya kita bermain puzzle, membuat penasaran sekaligus menyenangkan.

Contoh kasus
Sebuah keluarga memiliki 3 anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, dan anak. Luas rumah yang diinginkan berukuran 6mx 14 m. Tersedia dana sebanyak 72 juta. Berdasarkan survey harga pasaran tanah di tempat pemukiman mereka, diperoleh angka Rp 2 juta per meter persegi. Dari data-data tersebut diperoleh luas bangunan 36 meter persegi yang berasal dari hitungan 72:2 juta = 36.

Tahapan-tahapan mendesain
1.      Tentukan data penghuni. Dari kasus di atas, ada 3 orang yang terdiri dari ayah, ibu dan 1 anak.
2.      Buat program ruang, mulai dari ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, carport, taman belakang yang disertai dengan luasnya.

3.      Buat sketsa lahan dengan memakai bahan kertas millimeter.
4.      Buat gambar garis-garis bantu untuk membuat sketsa denah.
5.      Lakukan dengan cara trial-error sampai bisa diperoleh desain yang diharapkan.
6.      Mintalah pendapat dari berbagai orang mengenai sketsa denah rumah yang sedang Anda buat.
7.      Denah kasar ini sudah bisa dipakai untuk memulai pegerjaan. Tentunya, untuk keperluan ini butuh  tenaga ahli yang bisa membaca gambar denah Anda. Para tenaga ahli ini biasanya akan bisa langsung mengkoreksi sekaligus memberi saran yang terbaik bagi Anda.

Sangat mudah bukan membuat model rumah minimalis? Tak perlu banyak keahlian seperti layaknya seoarang arsitek. Coret-coretan kasar Anda sudah sangat memadai untuk dipakai sebagai dasar memulai pengerjaan pembangunan rumah.

Mengenal Gaya Art-nouveau dalam Seni Arsitektur

Di dunia seni rancang bangun dikenal beberapa gaya atau aliran seni yang pernah lahir dan akhirnya berkembang mendunia. Ada gaya klasik, bohorok, art-noveau, art deco. Semua pada intinya bergerak selaras dengan perjalanan peradaban manusia. Ada yang bercokol sepanjang umur peradaban, tapi ada yang tinggal sebagai karya andalan yang diwariskan pada generasi berikutnya.
Mengenal Gaya Art-nouveau dalam Seni Arsitektur
Hotel Le Bristol, Paris. Unsur biomorfis masih kental

Namun, harus diakui, unsur-unsur lama ikut memberi andil bagi perkembangan arsitektur dan interior modern. Jadi, di tengah maraknya gempita perkembangan teknologi modern, sosok dan kharisma unsur-unsur lama itu tetap solid kharismanya.

Salah satu di antaranya adalah gaya Art-Nouveau, yaitu aliran seni yang lahir pada abad ke-19, tepatnya pada 1892 di Brussel. Dengan cepat aliran ini meluas melanda benua Eropa, sehingga dikenal sebutan-sebutan khusus di masing-masing negara. Misalnya, di Inggris, orang menyebutnya dengan nama Liberty, lalu menyebrang ke Jerman dan populer dengan istilah Jugenstill dan di Perancis sendiri dengan sebutan nama Style Moderne.

Namun, dalam perjalanannya, mazhab Art-Nouveau ini tidak begitu panjang rentang usia jayanya, yaitu hanya sampai tahun 1900. Padahal, gerakannya cukup meyakinkan bagi dunia kesenirupaan, khususnya bidang interior. Mengapa bisa terjadi demikian?

Boleh jadi karena di era itu tengah gencarnya derap revolusi industri, khususnya di Benua Eropa. Riak kehidupan cenderung bergerak cepat. Orang pun mulai mengalihkan perhatiannya ke segala hal yang serba praktis. Unsur kuat Art-Noveau, yaitu totalitas dan konsistensi dalam tema, pun disisihkan. Diketahui, karya Art Nouveau amat sangat sarat akan detil ornamen tumbuhan atau biomorfis yang alami. Jadi, dibutuhkan kecermatan, kesabaran, dan ketelatenan yang jempolan dalam mewujudkan penataannya. Namun, Art-Nouveau tak hilang tanpa bekas. Di hati setiap orang tetap mendapat tempat terhormat.

Sejarah terus bergulir dan Art-Nouveau ini pun dilanjutkan dengan aliran seni baru yang disebut Art-Deco, yang sepintas merupakan kelanjutan dari gaya sebelumnya. Hanya dimasukkan unsur lain yang bertalian dengan penemuan bahan dan teknologi baru. Unsur biomorfis masih digunakan, tetapi sebagian besar diganti dengan unsur geometris yang identik dengan produk industri. Hotel Le Bristol, Paris adalah saksi sejarah, sekaligus media penghantar kita mengenal masa jaya aliran seni Art-Nouveau. (Kartini, 1997)

Rumah Adat Kudus, Seni Ukir Kayu Jati Penuh Pesona

Memang tak berlebihan kalau daya tarik yang dipancarkan rumah adat Kudus itu demikian tinggi. Bukan hanya bentuk lahiriahnya, tapi juga detil-detil motif ukirannya yang merupakan kombinasi dari berbagai gaya. Masih ditambah dengan kehalusan dan ketelitian pengukirnya. Semua itu mau tidak mau mampu merampas kekaguman siapa pun yang memandangnya.

Rumah adat Kudus banyak terdapat di Kota Kudus bagian barat. Kota yang terkenal dengan industri rokok kreteknya itu memang terbagi dua, dengan batas sebuah sungai sebagai pemisahnya, yaitu Sungai Gelis. Sebelah timur sungai disebut Kudus Wetan dan sebelah barat sungai disebut Kudus Kulon. Yang terakhir itu juga oleh masyarakat setempat dijuluki sebagai Kota Lama, karena terdapat bangunan-bangunan kuno peninggalan nenek moyang pada masa lampau. Di antaranya adalah rumah adat itu sendiri, Masjid Bubar, Rumah Kapal, dan satu lagi yang merupakan monumen berdirinya Kota Kudus berupa Masjid Menara yang didirikan oleh Ja'far Shodiq atau yang lebih dikenal dengan julukan Sunan Kudus.

Bukti status sosial
Sebagai salah satu peninggalan kuno, rumah adat kudus itu pun pemiliknya adalah orang-orang tertentu. Boleh dikata sebagian besar adalah keturunan bangsawan. Pada rumah adat itu pula penggolongan status sosial diterapkan. Pada bagian-bagian dari rumah tersebut terdapat ruang yang satu sama lain dipisahkan oleh trap (bangunan atau lantai yang tingginya berlainan). Trap pertama yang terletak di bagian depan, untuk orang-orang "biasa", sedang trap kedua yang lebih tinggi lantainya diperuntukkan orang-orang bangsawan itu. Penghubung antara trap pertama dan kedua adalah sebuah bangku yang diletakkan di bawah pintu.

Secara umum, ruang-ruang yang terdapat di rumah adat Kudus bisa dibagi sebagai berikut, ruang depan disebut Jogosatru, di belakangnya lagi adalah ruang utama di mana terdapat bagian yang disebut "gedongan", lalu pada kiri kanan Jogosatru adalah "pawon". Jogosatru tentunya berfungsi sebagai ruang tamu karena letaknya di depan. Ruang utama sebagai tempat tinggal keluarga dan "gedongan" yang berupa bilik tertutup adalah untuk penyimpanan harta kekayaan berupa emas dan pusaka. Sedang "pawon" adalah untuk kegiatan keluarga. Penduduk Kudus Kulon sejak dahulu terkenal dengan usaha barang jadi atau konveksi. Barang yang dibuat berupa kerudung, pakaian anak-anak, sprei lengkap dengan sarung bantalnya. Semua itu diberi hiasan khas, bordir atau sulam dengan mesin. Di ruang "pawon" itu kegiatan wiraswasta itu berlangsung.

Sejak abad ke-19
Di ruang-ruang manakah motif ukiran rumah adat Kudus Diletakkan? Boleh percaya boleh tidak, bahwa hampir semua ruang dihiasi dengan ukiran. Karena semua bagian mulai dari dari dinding, pintu sampai langit-langit rumah adat Kudus terbuat dari kayu jati pilihan, maka hampir tak ada bagian kayu itu kosong dari ukiran. Bagian kosong hanya yang ada di sela ukiran itu sendiri.

Motif ukiran pun berkualitas tinggi. Mencerminkan ketinggian budaya dan ilmu yang dimiliki penggarapnya. Yang mengagumkan, pada bagian tertentu terdapat ukiran dengan motif tiga dimensi. Motif yang langka ini saja sudah mampu membuat getaran bagi siapa saja yang menyaksikannya. Betapa pada masa lampau orang sudah menciptakan seni ukir yang demikian mempesona.

Pusat ukiran kayu selama ini yang kita ketahui berada di Jepara. Menurut beberapa pemilik rumah adat Kudus, yang membuat rumah-rumah milik mereka itu memang pengrajin-pengrajin ukir Jepara. Konon, rumah adat Kudus adalah warisan kejayaan Kota Kudus pada masa itu. Saudagar-saudagar yang kaya raya, mendatangkan pengrajin-pengrajin ukir Jepara. Selama beberapa bulan, mereka disewa untuk menghias rumah itu. Bayaran yang tinggi mereka berikan berikut jaminan makan minum setiap harinya selama pengerjaan rumah telah menciptakan sebuah karya yang mengagumkan.

Pengrajin-pengrajin yang mendapat fasilitas-fasilitas lengkap itu telah mencurahkan segala keahlian mengukir dengan totalitas. Apalagi kayu yang merupakan bahan baku rumah saudagar yang digarapnya itu berasal dari kayu jati pilihan. Alat pahat disertai palu yang saling berdentam bisa digerakkan secara leluasa. Tampak ekspresi keahlian para pengukir sudah tertanam dalam-dalam. Itulah kenapa sampai hari ini, Kota Kudus telah mencatat sejarah sebagai sentra rumah adat Kudus. Diperkirakan rumah adat Kudus sudah mulai ada sejak abad ke-19. Bukti ini bisa dilihat dari rumah milik Haji Saleh Syakur di Jalan Veteran, Kudus. Pada salah satu bagian dindingnya tertera ukiran berupa angka 1828.

Kombinasi berbagai gaya
Mayoritas penduduk Kudus Kulom beragama Islam. Di dalam ajaran Islam, pantang membuat ukiran yang menyerupai makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Itulah mengapa motif yang dipilih berupa bentuk-bentuk geometris. Misalnya saja, garis lunglungan atau lengkung yang melambangkan rasa emosional yang luwes dan terkendali, serta lingkaran-lingkaran atau bentuk spiral yang melambangkan keteguhan hati atau kemauan yang kokoh.

Motif dan gaya ukiran tampak hasil dari perpaduan atau kombinasi gaya. Dari gaya Eropa, Cina, dan Persia. Pada abad ke-19, Islam di Jawa memang sedang mengalami perkembangan. Pengaruh Islam tak sepenuhnya terintegrasi pada ukiran rumah adat Kudus ini. Pengaruh kebudayaan Hindu masih tampak melekat. Masing-masing pemilik rumah memiliki selera sendiri-sendiri terkait corak dan motif ini.

Obyek pariwisata
Rumah adat Kudus yang unik ini bisa dilihat dari motif ukiran di langit-langit. Misalnya, ada bongkahan kayu yang dipenuhi hiasan ukiran motif mahkota (crown). Pada bagian bawah motif mahkota ini terdapat bunga makara. Pada sisi bagian rumah lainnya, dari pintu depan sampai pintu penghubung trap kedua terdapat ukiran berbagai gaya mulai dari Cina, Eropa, dan Persia. Ragam motif yang dijumpai bisa sangat beragam dan bervariasi sehingga memberikan nilai estetika yang tinggi sebagai daya tarik wisata. Itulah kenapa beberapa rumah adat Kudus sudah ditetapkan sebagai rumah cagar budaya yang wajib dikonservasi. Pemda sendiri telah memberikan subsidi untuk kegiatan konservasi rumah-rumah adat Kudus ini.

Material Bambu dan Kayu dari Rumah Tradisional Hingga Modern

Masyarakat Indonesia sudah mengenal betul material bambu dan kayu di segala aspek kehidupan sehari-hari. Dari urusan kebutuhan primer seperti bangunan rumah tangga hingga interior rumah dengan mudah dijumpai barang yang terbuat dari material bambu dan kayu. Rumah tradisional masyarakat Indonesia memadukan material bambu dan kayu sebagai bahan bangunan. Di Bali, masih banyak rumah tradisional yang mempertahankan keaslian material alami ini. Bahkan bangunan rumah dengan material tersebut bisa mencapai umur hingga 90-100 tahun. Rumah tradisional ini dapat kita jumpai di Desa Bayung Gede.

Rumah Tradisional di Desa Bayung Gede, sumber : infoobjek.wordpress.com


Saat ini, monopoli material bambu dan kayu tidak hanya untuk rumah tradisional saja. Orang yang terbiasa bersentuhan dengan teknologi tinggi juga melirik penggunaan material alami. Sifat material alami yang mampu menyesuaikan suhu ruangan membuat orang-orang modern sangat menyukainya. Tren kesadaran untuk bergaya hidup sehat yang kembali ke alam mendorong penggunaan material bambu. Bahkan, interior rumah berteknologi tinggi yang biasanya berwujud metal atau polikarbonat dapat tergantikan oleh bambu. Sebut saja ipad yang ber-chasing bambu.


Rumah modern yang memadukan bahan alami dapat memberi keseimbangan dari rasa ‘berat’. Rasa ‘berat’ ini biasanya berasal dari material batuan, logam dan silika (kaca). Oleh karena itu, sebagai penyeimbang rasa tersebut dapat memasukkan material alami seperti kayu atau bambu. Penempatan material tersebut di dalam rumah modern dapat diterapkan pada lantai, dinding dan tiang. Pada dinding dan tiang yang sebagian besar berupa beton, sebaiknya pada lantai bangunan diberi unsur material kayu dan bambu. selain penyeimbang rasa ‘berat’, dapat juga menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi penggunanya. Lantai dengan material bambu dan kayu sangat tepat diterapkan pada bangunan tropis rumah modern.
Rumah bambu modern, sumber : bogor.olx.co.id

Aksesori pada interior rumah yang diisi dengan material bambu dan kayu dapat membuat serasi dan harmoni suasana dalam rumah. Partisi rumah yang terbuat dari material bambu dan kayu sering kita jumpai pada rumah-rumah yang ber-etnis Cina. Masyarakat Indonesia melengkapi kursi meja di teras atau ruang tamu yang berasal dari bahan alami tersebut. Material alami tak akan usang dimakan jaman baik untuk rumah tradisional atau rumah modern hingga pernak-pernik interior rumah..