Ada dua sistem filterisasi
budidaya ikan koi yang bisa diterapkan, yaitu sistem vortex dan sistem
biofilter. Pada prinsipnya, filter dibuat untuk tujuan membuang zat atau
bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan ikan. Filter bisa diibaratkan sebagai
jantungnya kolam. Volume filter yang mengisi kolam bisa mencapai 30% dari total
volume kolam. Hobiis di negara sakura malah banyak yang membuat sampai volume
sekitar 50-60% dari total volume kolam.
Semakin besar volume filter yang
dibuat semakin baik kualitas air kolam untuk kehidupan ikan-ikan koi. Bagian-bagian
filter kolam itu sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu filter mekanik, kimia dan
biologi. Bagian filter mekanik berisi media batu apung, batu karang atau filter
mat (lembaran serabut). Bagian filter kimia berisi zeolit dan karbon aktif. Filter
biologi terdiri dari mikroorganisme bakteri aerobic yang mengurai senyawa
nitrogen. Ketiga bagian filter tersebut bekerja secara terpadu dengan
urut-urutan mekanik dilanjutkan kimia diteruskan biologi.
Dari ketiga bagian filter
tersebut dihasilkan sistem filterisasi budidaya ikan koi, yaitu pressure
tabung, vortex, biofilter atau kombinasi dari berbagai sistem. Prinsip utama
jelas sebagai penjernih air. Contoh sistem filter yang sudah umum dipakai oleh
kalangan hobiis koi yaitu sistem vortex dan sistem biofilter.
Sistem vortex
Arti vortex itu sendiri adalah
pusaran air. Sistem ini diperkenalkan oleh Peter Waddington pada tahun 1994
yang memakai prinsip gaya putaran air dan berat kotoran ikan. Adanya gaya
sentrifugal akan membuat kotoran terkonsentrasi di dasar kolam. Rancangan sistem
filter vortex itu sendiri berupa tabung silinder. Di bagian ujung bawahnya
berbentuk kerucut yang diberi saluran pembuangan (bottom drain) untuk membuang
kotoran.
Arah masuk pipa dibuat menyamping
(tangensial) supaya air kotor dari dasar kolam berputar. Diameter vortex jangan
sampai terlalu kecil supaya kotoran langsung terbuang dari kolam. Diameter besar
juga akan membuat arus air yang kuat. Kedalaman vortex harus dibuat cukup
sehingga air bisa berpindah dari vortex menuju ke filter lain.
Kolam koi itu sendiri sebenarnya
bisa dimanfaatkan sebagai vortex besar. Hanya saja, dibutuhkan arus yang kuat
untuk bisa memutar air supaya kotoran bisa terkumpul ke tengah kolam. Agar arus
air bisa menggiring kotoran, sebaiknya pompa arus ditempatkan lebih tinggi
sekitar 40 cm dari dasar kolam. Di area pusaran tersebut, diletakkan pipa
penyedot yang akan menyalurkan air menuju vortex.
Dasar kolam sebaiknya dibuat
miring. Selisih tinggi pinggir kolam dengan tengah kolam sekitar 20-30 cm
supaya semua kotoran bisa terkumpul. Pemakaian alat bantu seperti diffuser atau
uni ring bisa memaksa air lebih cepat tersedot ke dalam pipa.
Sistem biofilter
Sistem filterisasi budidaya ikan
koi ini bekerja dengan cara memanfaatkan bakteri pengurai yang ada di dalam
zeolit, batu apung dan bioball. Biofilter bisa diletakkan sejajar atau di atas
kolam. Setiap penempatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penempatan biofilter
yang sejajar akan membuat penggunaan pompa lebih irit sehingga pompa ini bisa
dimanfaatkan untuk membuat arus kolam. Kekurangannya, kolam tidak bisa difilter
jika air kolam menyusut karena media filter tak bisa terendam. Penempatan biofilter
di atas tidak terpengaruh dengan susutnya air kolam karena air kolam dipompa
untuk terus-menerus masuk ke dalam sistem biofilter sehingga media tetap
terendam air.