Ara, Buah Purba Langka

Pohon ara sudah jarang ditemukan sehingga ia masuk kategori tanaman langka. Buah ara bisa dikonsumsi layaknya buah-buahan lainnya. Orang etnis Cina memanfaatkan buahnya dijadikan manisan. Anak-anak jaman dulu memanfaatkan buah ara menjadi roda mobil-mobilan. Getahnya diekstrak menjadi enzim fizin yang akan memecah protein layaknya papain. Perempuan jaman dulu meminum seduhan daun ara setelah melahirkan untuk mempercepat pemulihan.

Buah ara berbentuk periuk dan bila dibuka biasanya terdapat serangga sejenis lebah. Lebah-lebah inilah yang membantu proses penyerbukan bunga ara. Buah berbentuk mirip pir, hanya saja berukuran kecil-kecil (5-7 cm). Buah beraroma harum, biasanya bergerombol sebanyak 10-20 buah dalam satu tandan yang melekat di batang. Buah mengandung kalsium, fosfor, dan zat besi. Tekstur daging buah lembut, berbiji kecil-kecil. Buah bisa diolah menjadi buah kering atau dikalengkan.
Ara, Buah Purba Langka
Pohon ara yang mulai langka
Perbanyakan tanaman ara dengan cara biji, cangkok, dan enten. Tanaman ara akan mulai belajar berbuah setelah berumur 6 tahun bila perbanyakan dari biji. Sedangkan perbanyakan dengan cangkok dan enten, ia akan belajar berbuah setelah berumur 3 tahun. 

Jenis-jenis ara termasuk banyak, antara lain: Ficus auriculata, Ficus glomerata, Ficus hispida. Pada Ficus glomerata atau orang Sunda biasa menyebutnya lowa, orang Jawa menyebutnya lo memanfaatkan daunnya untuk mengatasi keracunan kecubung. Rebusan daun dan buah untuk mengobati murus. Bagi para pecinta bonsai sudah sangat akrab dengan pohon ini karena sosoknya yang sangat indah saat dibuat pohon kerdil.

Ficus hispida hampir sama persis dengan ara Ficus auriculata. Buahnya bisa menyebabkan pusing bila dikonsumsi segar. Namun, etnis China mengolahnya menjadi manisan yang lezat. Orang Jawa menyebutnya luwing. Buahnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan daunnya berkhasiat obat. Orang Sunda biasa menyebutnya dengan nama bisoro. Sekarang, tanaman ini sudah mulai langka.