Budidaya Suweg Sebagai Tanaman Hias Sekaligus Tanaman Pangan

Budidaya suweg bisa memberikan 2 manfaat sekaligus yaitu sebagai tanaman hias dan sebagai tanaman pangan. Ia sebagai tanaman hias karena bunganya indah dan unik. Bunga tumbuh lurus, muncul dari dalam tanah dan berwarna merah kecoklatan. Uniknya berbau bangkai seperti saudaranya yang biasa dikenal sebagai bunga raksasa. Sebagai bahan pangan karena memiliki umbi yang bisa diolah sebagai bahan makanan sumber karbohidrat. Nah, bagaimana? Tertarik menanamnya? Ikuti uraian berikut ini.
Budidaya Suweg Sebagai Tanaman Hias Sekaligus Tanaman Pangan
Suweg, sebagai tanaman hias sekaligus tanaman pangan
Suweg masuk ke dalam marga Amorphopalus yang sudah dikenal banyak orang dengan sebutan bunga bangkai. Ya, dari bunga keluar aroma bau busuk sebagai pengikat berbagai jenis serangga untuk membantu penyerbukan. Saudaranya yang sudah terkenal sebagai bunga bangkai yaitu Amorphophallus titanium yang ukuran bunganya raksasa itu. Suweg itu sendiri memiliki nama latin Amorphophallus companulatus.

Sosok suweg kecil, hanya 1-1,5 m. Bunga tumbuh lurus, muncul langsung dari dalam tanah, berwarna merah kecoklatan, diameter 40-50 cm dan berbau busuk menyengat. Mudah beradaptasi dengan lingkungan apapun sehingga mudah dijumpai di berbagai daerah. Bisa tumbuh di tempat yang ternaungi, dapat juga tumbuh di daerah yang berlimpah sinar matahari. Budidaya suweg pun sudah lazim dilakukan oleh petani di kebun atau sekitar pekarangan rumah mereka.

Bunga mekar setiap 3 tahun sekali, tapi proses mulai kuncup, mekar dan membusuk berlangsung selama 2 bulan. Lama mekar bunga hanya 2-3 hari saja. Setelah itu bunga akan layu dan membusuk. Pada saat mekar, bunga didatangi oleh berbagai jenis serangga untuk membantu penyerbukan silang. Bunga bangkai memang bergantung pada bantuan serangga dalam penyerbukan karena ia tak bisa melakukan penyerbukan sendiri.

Bunga sebenarnya berupa seludang. Bila terbuka akan terlihat bagian tongkolnya. Bagian bunga jantan dan betina terdapat memang terdapat pada pohon yang sama, tapi kematangannya tak sama sehingga sulit terjadi penyerbukan sendiri. Butuh teman dari tanaman lain supaya penyerbukan bisa terjadi.

Daun bunga suweg merupakan daun tunggal yang bercangap atau daun majemuk. Apa yang disebut pohon atau batang, itu sebenarnya bagian tangkai dan daunnya. Tangkai berwarna hijau muda bertotol-totol putih. Bila sudah tua, daun akan membusuk dan berganti dengan daun baru. Bagian tangkai menyatu dengan umbinya. Kuncup bunga bangkai akan muncul setelah tangkai daun ini layu. Kemunculannya persis di tempat bekas munculnya tangkai daun.

Seiring dengan pertumbuhan daun dan tangkainya, umbi suweg akan berkembang membesar sedikit demi sedikit. Umbi berbentuk bulat dan pipih seperti labu dan beratnya bisa mencapai puluhan kilogram. Pada umbi ini terdapat tunas yang akan tumbuh menjadi daun atau bunga baru.

Setelah bunga dan daun membusuk, makanan yang tersimpan di dalamnya akan habis. Selanjutnya, umbi beristirahat selama 2-3 bulan. Sesudah kondisinya memungkinkan, umbi baru akan muncul di atas umbi lama. Proses ini akan terjadi terus-menerus selama tiga tahun, sampai kemunculan kuncup bunga, membesar dan mekar. Umbi yang telah dipanen dapat membesar bila dibalik. Lama penyimpanan umbi bisa mencapai 1 bulan.

Secara alami, perbanyakan suweg dari biji. Untuk tujuan budidaya suweg, perbanyakan bisa dilakukan dengan pemisahan mata tunas. Lakukan pemisahan saat umbi dalam kondisi sehat dan prima. Jaga umbi yang telah terpotong yang berisi mata tunas dari infeksi jamur dan bakteri. Umbi-umbi suweg hasil panen lainnya bisa diolah menjadi berbagai penganan. Mulai dari digoreng, dikukus, keripik dan olahan makanan lainnya. Sewaktu berbunga bisa sebagai tanaman hias, selesai berbunga menjadi bahan pangan. Manfaat ganda yang banyak dicari pada saat ini untuk ketahanan pangan sekaligus keindahan pekarangan rumah.