Gigi seseorang melambangkan kesehatan umum pemiliknya. Jika gigi tersusun rapi, berwarna cemerlang dan bebas dari penyakit, menandakan si pemilik memperhatikan kesehatan giginya. Oleh karena letaknya di bagian wajah, yaitu di mulut, maka penampilan gigi tak boleh diabaikan. Bayangkan gigi yang berwarna kuning kusam, dengan susunan berjejal, tentu akan mengurangi kecantikan seseorang. Ini juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri.
Perubahan warna gigi
Tak semua orang ditakdirkan memiliki gigi putih. Bahkan sebaliknya, seseorang yang tadinya memiliki gigi putih, oleh karena faktor intrinsik dan ekstrinsik, dapat mengalami perubahan warna giginya. Misalnya, menjadi kekuningan, kusam sampai kehitaman dan abu-abu. Perubahan warna ini disebut discolorasi.
Faktor intrinsik
Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan warna gigi akibat pengaruh obat-obatan secara sistematik. Misalnya, pemakaian obat tetrasiklin pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi. Gigi sangat peka terhadap pengaruh tetrasiklin. Hal ini banyak terjadi pada masa-masa bayi dalam kandungan trimester II sampai anak berusia 8 tahun.
Derajat keparahan dari warna yang ditimbulkan tergantung waktu, lama, dan dosis pemberian obat tersebut. Oleh karena itu warna yang ditimbulkan pada gigi juga sangat bervariasi pada setiap orang.
Pemberian flour yang sangat berlebihan dapat menyebabkan "mottled enamel" yaitu warna putih susu pada gigi. Sebagian besar efek "flouresis" terjadi pada gigi permanen.
Faktor lain yang termasuk kategori intrinsik, yaitu akibat perawatan, saluran akar gigi menjadi berwarna abu-abu sampai hitam. Karena pada prinsipnya, gigi yang sudah mati, misalnya karena caries yang luas, terbentur benda keras, hal ini dapat menyebabkan gigi mati, dan warnanya berubah.
Faktor ekstrinsik
Yaitu perubahan warna gigi akibat pengaruh bahan dari luar yang dapat menyebabkan timbulnya bercak, noda, kerusakan pada permukaan gigi. Setiap penyebab meninggalkan warna yang berbeda-beda. Misalnya, rokok meninggalkan warna coklat kekuningan sampai hitam pada gigi. Pada peminum kopi dan teh, warna hitam yang tertinggal di gigi sulit sekali dihilangkan.
Perubahan warna gigi juga merupakan suatu kondisi yang menggambarkan gejala dari suatu kelainan sistemik. Misalnya keadaan erythroblatosis fetalis.
Perubahan warna juga berhubungan dengan faktor herediter atau keturunan. Pada beberapa orang, warna giginya dapat lebih terang atau lebih gelap sesuai dengan keturunannya. Atau dapat juga berpotensi lebih peka terhadap penyebab timbulnya perubahan gigi. Pada mereka yang termasuk golongan faktor keturunan perubahan warna yang terjadi sangat dalam sifatnya.
Kini, di pasaran banyak ditawarkan berbagai macam bahan yang dapat memutihkan gigi secara mudah dan cepat. Tetapi pada kenyataannya bahan-bahan tersebut mempunyai efek yang merugikan. Terutama jika bahan tersebut mengandung bahan abrasif yang dapat mengikis permukaan email gigi.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, perlu diambil langkah aman, yang dapat mengatasi perubahan warna pada gigi melalui bleaching atau pemutihan gigi.
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter gigi langganan untuk diperiksa apakah ada tambahan gigi yang harus diselesaikan, dan jaringan ginggiva atau gusi harus dalam keadaan sehat.
Proses pemutihan gigi tidak membutuhkan waktu lama, sekitar 45 menit, untk melihat hasil akhir, apakah sudah memadai atau belum. Atau jika perlu pengulangan dapat dilakukan 1 minggu kemudian sampai mendapatkan hasil yang memuaskan. Melakukan pemutihan gigi sangat ditentukan dengan posisi dan kondisi gigi itu sendiri. Setiap orang mengalami penanganan yang berbeda, sesuai dengan penyebabnya. Penentuan dan keputusannya sangat tergantung dari dokter gigi yang menangani. (Kartini, 1997)