Obat Anti-Hipertensi Bisa Berdampak Pada Impotensi

Obat anti-hipertensi bisa berdampak pada impotensi. Ya, ini bisa terjadi lantaran konsumsi obat tersebut berpengaruh pada aliran darah dan aktifitas sistem syaraf otonom yang banyak berdampak pada gangguan fungsi seksual. Lalu, upaya apa yang terbaik untuk mengatasinya? Simak penjelasan berikut ini.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya peningkatan angka tekanan darah secara menetap. Disebut terkena hipertensi bila tekanan darah sistolik seseorang di atas 160 mmHg, sedangkan tekanan darah diastoliknya di atas 95 mmHg. Bila penyebab kenaikan angka tekanan darah tersebut pada seseorang belum diketahui, ia disebut terkena hipertensi primer. Sedangkan bila belum diketahui penyebabnya, seperti ada gangguan ginjal, kelainan hormonal, kelainan bawaan penyempitan pembuluh aorta, disebut dengan hipertensi sekunder.
Obat Anti-Hipertensi Bisa Berdampak Pada Impotensi
Mengagumi alam bisa menstabilkan emosi dan jiwa

Sebagian besar penderita hipertensi tak menampakan gejala-gejala apa pun. Terkadang, seseorang baru diketahui mengalami hipertensi saat pemeriksaan secara medis dilakukan. Biasanya baru diketahui pada saat pemeriksaan medis untuk keperluan asuransi dan tes kesehatan saat menjadi karyawan. Bila ada gejala-gejala, biasanya masih sangat umum, seperti sakit kepala, cepat lelah, jantung berdebar-debar, atau sulit tidur.

Berdampak pada impotensi
Sering dijumpai, seseorang yang berkonsultasi dengan permasalahan gangguan seksual, ternyata ia memiliki hipertensi. Hal ini kebanyakan terjadi pada kaum pria. Latar belakang adanya hipertensi ini biasanya karena stres berat. Gangguan seksual yang sering dikeluhkan, antara lain; penis sukar berereksi, bila berereksi ketegangan tidak maksimal, yang lebih parah tidak bisa berereksi (impotensi). Pada dasarnya, libido memang dipengaruhi banyak faktor, antara lain; suasana hati, stres, kesehatan diri, lingkungan sekitar, kondisi psikis dan hormonal seseorang.

Suatu rangsangan seksual yang memunculkan ereksi terjadi melalui mekanisme saraf otonom. Respon atas reaksi saraf otonom ini berupa pengaliran darah yang banyak ke penis karena terjadi pelebaran pembuluh darah yang menuju ke organ intim pria ini. Rongga-rongga kecil (Cavernae) yang ada di dalam penis terisi oleh darah dalam jumlah banyak. Kondisi seperti ini akan dipertahankan untuk beberapa lama oleh kontraksi otot-otot di daerah panggul.

Kerja sama antara sistem saraf otonom yang mengatur pengaliran darah tersebut, sistem hormonal dan koordinasi otot-otot di sekitar panggul memungkinkan penis bisa ereksi dengan baik. Bila ada gangguan pada salah satu komponen tersebut, bisa menyebabkan seseorang tak mampu ereksi. Saat stres berat, bisa mengganggu sistem saraf otonom dan mengacaukan sistem hormon.

Pada penderita hipertensi, terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah tepi dan kapiler-kapiler darah. Kondisi ini banyak terjadi pada pembuluh-pembuluh darah yang menuju ke penis. Di sini akan terjadi gangguan pengaliran darah yang mengakibatkan darah sukar memasok rongga-rongga kecil (cavernae) di penis. Akibatnya, ketegangan penis berkurang atau penis tak mampu ereksi (impotensi).

Obat anti-hipertensi dan impotensi
Sebagia besar penderita hipertensi bergantung pada obat anti-hipertensi untuk menahan laju naiknya tekanan darah. Penyakit ini memang bisa dikendalikan dengan menerapkan program pengobatan seumur hidup. Hanya saja, dampak negatif dari konsumsin obat anti-hipertensi akan mempengaruhi sistem aliran darah dan aktivitas sistem saraf otonom. Dampak negatif ini akan menyebabkan gangguan fungsi seksual.

Berbagai jenis obat anti-hipertensi seperti diuretika (untuk memperbanyak cairan dan mineral tertentu yang keluar melalui urin), obat-obatan golongan beta-blocker, dalam dosis tertentu yang digunakan dalam jangka panjang akan berdampak pada gangguan seksual. 

Sedangkan mekanisme obat anti-hipertensi bisa berdampak pada impotensi masih belum diketahui secara pasti. Ada kemungkinan, keadaan tekanan darah yang menurun akibat pemakaian obat anti-hipertensi justru mengakibatkan pula penurunan tekanan darah pada pembuluh-pembuluh darah di area penis. Akibatnya, darah yang mengalir ke penis tak cukup memadai untuk terjadinya ereksi.

Gaya hidup sehat
Untuk penderita hipertensi ringan sampai sedang, masih bisa diupayakan pengendalian angka tekanan darah tanpa pemakaian obat-obatan. Hal ini bisa dilakukan dengan penerapan gaya hidup sehat. Misalnya, diet makanan berlemak dan berkalori tinggi, banyak konsumsi sayur mayur dan buah, olah raga teratur. Tentunya, hasil terapi tanpa obat ini akan diperoleh hasil lebih baik dengan pengawasan dokter.

Cara tangkal obat anti-hipertensi berdampak pada impotensi yaitu menghindari stress berat. Banyak kasus terjadi, hipertensi menetap banyak terjadi pada sesorang yang kondisi jiwanya labil, mudah emosional, mudah marah, dendam, dan kecewa berat. Upaya untuk meredamnya yaitu dengan menerapkan meditasi dan latihan senam pernapasan untuk mengendalikan jiwa dan menurunkan ketegangan diri.