Perawatan Bayi Baru Melahirkan

Sehat tidaknya bayi yang dilahirkan dinilai dalam 1 menit pertama setelah dilahirkan, dan 5 menit berikutnya. Penilaian dilakukan menurut cara Apgar (Apgar score) untuk menilai denyut jantung, upaya pernapasan, ketegangan otot, warna kulit dan ada tidaknya reaksi terhadap rangsangan luar.

Jika nilai Apgar bayi baru lahir kurang dari 7 (nilai tertinggi 10), setelah ditunggu 2 menit, maka perlu dilakukan tindakan pernapasan buatan atau alat respirasi (resusitasi). Bayi yang dibiarkan kekurangan zat asam lebih dari 5 menit, akan merusak sel-sel sarafnya,. Hal ini bisa berpotensi adanya gangguan gejala syaraf  pada tumbuh kembangnya kelak.
Tangisan pertama, kurang lebih 30 detik setelah lahir

Bayi yang sehat akan menangis setelah 30 detik. Denyut jantung masih 120-140/menit, dengan kekerapan pernapasan mencapai 80 kali/menit. Pada 15 menit pertama, pernapasan bayi disertai dengan kembang kempisnya cuping hidung, rintihan serta tarikan otot-otot dada, lalu tertidur dalam 4 jam pertama.

Kulit merah menyertai tangisan yang kuat, mau minum, suhu tubuh bayi berkisar 36-37 derajat Celcius. Bila ternyata suhu tubuh bayi kurang dari itu, harus dimasukkan ke dalam ruang inkubator.

Begitu bayi lahir dan dalam keadaan normal, bayi dibersihkan, setelah jalan napasnya disedot, dan amati sampai 2 jam kalau-kalau ada cairan yang terhisap masuk ke dalam paru-parunya.

Suhu lingkungan bagi bayi yang baru lahir harus minimal 33 derajat Celcius supaya suhu tubuhnya bisa bertahan pada kisaran 36-37 derajat Celcius.

Selesai dibersihkan, bayi diberi tanda pengenal. Setiap rumah sakit (bersalin) memiliki cara dan tanda yang berbeda-beda dalam memberikan tanda pengenal. Namun, pada prinsipnya, tanda pengenal harus tidak mudah dilepaskan kecuali dengan cara mengguntingnya, baik dari plastik, kertas atau pita kain yang tertera nama orang tua (ibu atau ayah, atau kedua-duanya).

Berat dan panjang bayi diukur, lalu bayi dimasukkan ke dalam inkubator untuk beberapa saat, lalu dipindahkan ke boks bayi. Ada boks khusus bayi, ada pula yang sistem 'rooming in', yaitu menyatunya tempat tidur ibu dengan bayinya. Sistem ini mulai kembali dipakai  di beberapa rumah sakit modern, karena memudahkan ibu menyusukan setiap saat bayinya. Terutama saat bayi menangis ingin minum. Hal ini juga dalam rangka menggalakan gerakan pemberian ASI ekslusif.

Berat badan bayi akan menyusut tak lebih dari 10% dalam waktu 3 hari pertama, dan akan kembali naik setelah hari ke-4, karena keluarnya air seni dan tinja pertama (mecomin, yang sudah ada sejak janin berumur 16 minggu). Tinja ini berwarna hijau tua sampai 2-3 hari. Selanjutnya, warna tinja bayi mengalami perubahan menjadi coklat hijau pada hari ke-4 dan ke-5. Setelah itu, warna tinja ditentukan oleh jenis susu yang diminumnya. Jika bayi diberikan ASI, warna tinjanya kuning lembek, dan tinja berwarna keabu-abuan serta berbau yang berasal dari bayi yang diberi susu formula.

Ada tidaknya tinja pertama ini penting untuk menguji apakah saluran pencernaan bagian terbawah (anus) bayi normal ataukah tersumbat atau adanya kelainan bawaan lainnya.

Bayi yang baru lahir, kulitnya bisa saja berwarna kuning karena adanya zat empedu dalam darah yang tinggi. Kadarnya perlu diukur dan disimak beberapa hari. Jika kian bertambah dan berlangsung terus-menerus hingga lebih dari hari ke-4, kemungkinan adanya kelainan pada enzim. Bayi seperti ini memerlukan penukaran darah.

Bayi yang dalam kondisi normal, warna kuning akan lenyap dengan sendirinya. Hilangnya warna kuning akan lebih cepat dengan menjemurnya atau menyinari dengan ultraviolet dan pemberian obat khusus.