Kayumanis Sang Penjaga Hati

Kulit batang kayumanis kerap digunakan untuk memberi aroma pada masakan, kue, dan minuman. Selain bermanfaat dalam kuliner, kayumanis juga berkhasiat sebagai herbal. Sejak 100 tahun sebelum masehi, kayumanis berperan dalam ayurvedic atau sistem pengobatan tradisional di India, yakni untuk mencegah influenza dan mengurangi kejang pada penderita dispepsia. Untuk memperoleh khasiat kulit pohon anggota famili Lauraceae itu kita dapat menyeduh dengan air panas dan memberikan kepada pasien.

Sementara di Amerika Serikat, kayumanis (Cinnamomun burmanii) itu bermanfaat untuk mengatasi diabetes mellitus. Salah satu perusahaan farmasi di negeri Paman Sam itu bahkan sudah mematenkan senyawa aktif yang terkandung di dalam kayumanis hasil temuan mereka yakni polimer tipe-A dengan nama Cinnulin PF. Mereka mengolah kulit tanaman kerabat avokad itu sebagai salah satu bahan baku suplemen untuk menurunka kadar gula darah dan meningkatkan massa otot tubuh.

Parasetamol
Konsultan industri makanan dan gizi di Amerika Serikat, Densie Webb PhD RD, dalam A Scientific Review Cinnamon and its Role in Diabetes, menyebutkan kayumanis kaya kromium. Unsur itu merupakan mineral esensial yang diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat. Khasiat tanaman anggota famili Lauraceae itu bahkan telah teruji secara klinis dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes.

Tak hanya sebagai antidiabetes, kayumanis juga terbukti berperan sebagai hepatoprotektor (pelindung hati) dari efek samping penumpukan parasetamol di tubuh. Harap mafhum, seluruh obat-obatan pada obat pereda sakit kepala, demam, dan flu mengandung parasetamol, obat analgesik, atau pengurang rasa sakit, dan antipiretik atau penurun demam. Dosis parasetamol berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati, gagal hati, hingga hepatitis reaktif atau hepatitis yang disebabkan oleh zat berbahaya.

"Dosis parasetamol maksimal sehari sekitar 2 gram. Itu pun cara konsumsinya harus dibagi dua," tutur dokter spesialis penyakit dalam di Rumahsakit dr Sutomo, Surabaya, Provinsi Jawa Timur, dr Arijanto Jonosewojo, SpPD. Menurut dr Arijanto, di Inggris parasetamol sudah dilarang dijual bebas di pasaran. Sementara di Indonesia, parasetamol bisa diperoleh di warung maupun apotek. "Untuk penggunaannya, sebaiknya sesuai resep dokter," kata dr Arijanto.

Kayumanis
Kini efek buruk parasetamol di tubuh bisa diminimalisir berkat riset Evan Sebastian Gunawan dari Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pada 2011, Evan meriset faedah kayumanis sebagai pelindung hati dengan mencegah kenaikan kadar SGOT (serum glutamik piruvik transminase) mencit yang diinduksi parasetamol. "Pada penelitian lain sebelumnya, kayumanis terbukti melindungi hati mencit yang diinduksi alkohol," ujar Evan.

Dalam penelitian Evan menggunakan 30 mencit jantan berumur 2-3 bulan berbobot 25-35 gram. Ia membagi mencit dalam 5 kelompok: kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan mengonsumsi kayumanis dengan dosis berbeda-beda, yaitu: 200 mg, 400 mg, dan 800 mg per kg bobot tubuh. Ekstrak kayumanis itu diberikan melalui sonde lambung pada hari ke-7. Setelah itu, pada hari ke-15 kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan diinduksi parasetamol sebanyak 500 mg per kg bobot tubuh.

Pengambilan sampel darah untuk pengecekan kadar SGOT dan SGPT dilakukan 4 jam setelah pemberian parasetamol. SGPT dan SGOT merupakan enzim yang dipakai hati untuk bekerja. Kenaikan nilai keduanya di dalam hati menunjukkan ada kerusakan pada organ lever itu. Pada hati manusia yang sehat kadar SGPT mencapai 17-30,2 mikro/liter, sedangkan SGOT 45,7-80,8 mikro/liter.

Hasil riset menunjukkan kadar SGOT dan SGPT terendah didapatkan pada kelompok mencit yang mengonsumsi kayumanis berdosis 400 mg. Artinya, kayumanis terbukti menekan kenaikan SGOT dan SGPT. Namun, Evan menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap dosis aman karena terlihat adanya efek inflamasi pada hati mencit yang diberikan kayumanis dengan dosis 800 mg/BB.

Ekstrak
Hasil itu sejalan dengan pendapat Densie Webb PhD DR, dalam buku A Scientific Review Cinnamon and its Role in Diabetes, mengonsumsi kulit kayumanis utuh atau bubuk secara berlebihan berefek negatif, seperti pengerasan hati. Itu karena kayumanis mengandung cinnamaldehida, senyawa minyak asiri yang menyebabkan aroma dan rasa khas dari kayumanis.

Oleh karena itu, Webb pun menyarankan agar tidak mengonsumsi kulit kayumanis dalam bentuk utuh atau bubuk, tetapi dalam bentuk ekstraksi. Menurut Direktur Operasional Javaplant (perusahaan ekstraksi); Junius Rahardjo, proses ekstraksi memungkinkan senyawa beracun yang terkandung pada kayumanis dapat tersaring dan menyisakan senyawa yang memang bermanfaat untuk tubuh.

Klaus Abraham dan rekan-rekan dari Federal Institute for Risk Assessment di Berlin, Jerman, dalam jurnal yang diterbitkan United States National Library of Medicine, menyebutkan kayumanis juga mengandung kumarin, fitokimia sekunder yang bersifat hepatotoksik atau keracunan hati dan menyebabkan kanker alias karsinogenik. Dalam penelitian terhadap hewan percobaan, jumlah tolerance daily intake (TDI) atau asupan harian yang diperbolehkan maksimal 0,1 mg kumarin per kilogram bobot tubuh. Namun, Abraham menyarankan sebaiknya angka TDI itu lebih rendah karena kemungkinan hati manusia lebih rentan terkena hepatotoksik.

Menurut herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi, penggunaan herbal yang mengandung minyak asiri atau yang bersifat aromatik seperti kayumanis memang harus dibatasi. "Jika berlebihan, hati akan kesulitan untuk memproses, sehingga terjadi penumpukan," katanya. Itu sebabnya, penggunaan obat tradisional tidak pernah tunggal. Tujuannya agar 'racun' yang terkandung bisa dinetralisir oleh herbal lainnya. Untuk itu, "konsumsi kayumanis sebaiknya dikombinasikan dengan kunyit," ujar Lukas. Dengan begitu, organ hati pun tetap terlindungi.

Sumber: Trubus 536-Juli 2014/XLV hal. 92