Bulan Suci Tetap Wangi Berkat Daun Mint

Anisa Rahma, bukan nama sebenarnya, merasa minder menghadapi nasabah ketika bulan puasa tiba. Pegawai bank swasta itu khawatir mulutnya mengeluarkan bau tak sedap. Meski sudah menggosok gigi saat sahur, Anisa tetap merasakan aroma tak sedap keluar dari mulut. "Apalagi saat siang hari," ujarnya. Padahal, menurut Lucy Hendriany, pekebun organik di Bandung Provinsi Jawa Barat, ada cara enak mengatas masalah itu.

Lucy meminum teh bercampur daun mint saat sahur. Ia memetik 2 lembar daun mint segar dan mengiris kecil, lalu menambahkan saat menyeduh teh. "Konsumsi teh mint setiap hari membantu mengurangi keluhan bau mulut," ujarnya. Lucy menyukai sensasi harum daun anggota famili Labiate itu. Itulah sebabnya ia mengonsumsi teh daun mint setiap hari.

Atasi halitosis
Bau mulut salah satu masalah kaum Muslim saat berpuasa. Menurut drg Felicia Paramita, dokter di Rumahsakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, puasa menyebabkan mulut kering sehingga terjadi perubahan pada kuman dalam mulut. Bau mulut atau dalam bahasa kedokteran biasa disebut halitosis, terjadi ketika saluran pencernaan dan rongga mulut kering. Pasalnya, aktivitas mengunyah makanan terhenti saat puasa, sehingga produksi air liur pun turun. 

Mulut kering menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob. Bakteri itulah yang kemudian membuat bau mulut. "Itu sebabnya masalah bau mulut muncul kala Ramadhan," ujar alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia itu. Konsumsi daun mint menjaga mulut tetap lembab dan merangsang produksi air liur. Penelitian Roza Haghgoo dan rekan dari jurusan kesehatan gigi, Universitas Shahed, Teheran, Iran, membuktikan mint ampuh mencegah bau mulut.

Roza meneliti 84 wanita berusia 14-18 tahun yang menderita gangguan bau mulut. Ia membagi pasien dalam dua kelompok. Kelompok pertama berkumur 15-20 ml obat kumur yang mengandung 1% ekstrak mint. Sebagai kontrol kelompok kedua berkumur selama 30 detik dan tidak diperbolehkan makan 30 menit setelahnya. Hasilnya, penderita halitosis yang berkumur dengan ekstrak mintt berkurang hingga 53%.

Penelitian Para Sujana dan rekan dari Jurusan Bioteknologi, Sri Venkateswara University, Tirupathi, India, menunjukkan kandungan menthol dalam mint bersifat antibakteri yang mampu melawan bakteri, di antaranya Bacillus subtilis, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Proteus vulgaris.

Hidangan berbuka
Selain bau mulut, masalah lain yang kerap terjadi saat berpuasa adalah rasa mual, perut kembung, sering bersendawa, dan perih di ulu hati. Anisa juga kerap mengalaminya. Saat berbuka, mual semakin hebat. Alhasil ia hanya dapat makan sedikit. Menurut Dr Mangestuti Agil, di RSUD dr Soetomo, itu adalah gejala sakit mag atau gastritis. Dalam lambung terdapat asam lambung yang berfungsi untuk mencerna makanan dan membunuh bakteri.

Asam lambung diproduksi setiap saat, sedangkan makanan hanya bertahan 4 jam di dalam lambung sebelum berlanjut ke usus. Saat makanan habis, asam lambung berbalik "mencerna" dan mengiritasi dinding lambung. Kondisi itu yang menyebabkan rasa perih dan mual di ulu hati. Konsumsi buah kurma mencegah gangguan mag itu sebagaimana hasil riset Ebtesam Abdullah Saleh dan rekan dari Otoritas Kesehatan Nasional, Doha, Qatar.

Ia membuktikan konsumsi kurma ketika berbuka mengurangi gangguan mag. Kurma mengandung zat gula tinggi mudah cerna sehingga mampu menyediakan energi bagi sel-sel tubuh secara cepat. Dengan begitu kondisi tubuh yang lemas karena puasa cepat kembali segar. Pantas selama Ramadhan, kurma banyak tersedia di pasar modern hingga tradisional di tanah air. Buah kurma (Phoenix dactylifera) terbukti kaya nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan vitamin esensial. Dalam setiap 100 gram kurma kering terkandung vitamin A 50 IU, tiamin 0,09 mg, riboflavin 0,1 mg dan niasin 2,2 mg.

Zat-zat gizi itu berfungsi membantu melepaskan energi, menjaga kulit dan saraf agar tetap sehat serta penting untuk fungsi jantung, Riboflavin dan niasin membantu melepaskan energi dari makanan, sementara tiamin membantu melepaskan energi dari karbohidrat. Selain itu, kurma mengandung antosianin, fenol, sterol, karoten, prosianidin, dan flavonoid yang merupakan sumber antioksidan.

Riset itu jelas berita baik untuk penggemar kurma di tanahair, khususnya umat Muslim. Mereka terbiasa berbuka puasa dengan kurma terutama selama Ramadan. Ajaran islam memang sudah menganjurkan konsumsi kurma untuk berbuka puasa sejak 14 abad silam. Para ahli gizi membuktikan mengonsumsi kurma ibarat mengonsumsi energi "cepat saji".

Penahan lapar
Selain sebagai hidangan berbuka, kurma juga baik dikonsumsi saat sahur. Menurut Dr David Conning, direktur jenderal Yayasan Nutrisi Inggris, tubuh menyerap segelas air yang mengandung glukosa dalam 20-30 menit. Namun, gula yang terkandung dalam kurma baru habis terserap dalam tempo 45-60 menit. Pantas, orang yang makan banyak kurma pada waktu sahur lebih segar dan tahan lapar.

Sering kali sahur diisi oleh makanan seadanya, sedangkan saat berbuka ingin mengonsumsi daging. Buah dan sayuran justru kerap terlupakan. Pola itu mengakibatkan gangguan gerakan usus yang berujung pada sembelit dan diare. Kandungan serat dalam kurma berfungsi memperlancar gerakan usus yang secara alami bisa mempermudah buang air besar.

Kurma juga mengandung mineral penting seperti magnesium, potasium, dan kalsium yang diperlukan tubuh. Berbagai literatur menyebutkan kurma juga berfaedah sebagai antimikrob, antiradang, pelindung lambung, pelindung hati, dan pelindung ginjal. Kurma bahkan mencegah kerusakan sel akibat mikrob. Ingin sehat dengan cara enak saat puasa. Makan saja kurma?

Sumber: Trubus 536-Juli 2014/XLV hal. 96