Propolis Tepis Kanker Serviks

Hasil pap smear-tes untuk mendeteksi kelainan pada serviks atau leher rahim-pada Juli 2012 di sebuah rumahsakit di Yogyakarta itu bagai godam yang menghantam dada Yani Wulandari. Ia meyakinkan diri bahwa apa yang dialaminya hanya mimpi. Sayangnya, hasil tes meneguhkan Yani mengidap kanker serviks. Sel kanker itu datang dengan isyarat flek seperti gumpalan darah di luar jadwal haid dan rasa nyeri pada perut bagian bawah.

Ibu satu anak itu mengabaikan flek yang kerap muncul saat ia merasa keletihan selama 5 bulan terakhir. "Saya pikir itu hanya darah sisa haid," ujarnya. Untuk menghilangkan sel kanker di serviks Yani, dokter menyarankannya untuk menjalani proses pengangkatan rahim.

Kemoterapi
Jiwa Yani pun terguncang mendengar vonis yang dijatuhkan. Ia mencoba menguatkan diri agar menghadapinya dengan tenang. Yani pun menjalani operasi pengambilan jaringan tubuh (biopsi). Hasil biopsi menyatakan perempuan yang gemar mengonsumsi goreng-gorengan itu harus menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran (radiasi). Perempuan 45 tahun itu sempat ketakutan. Betapa menderitanya. Demi kesembuhannya, Yani menyingkirkan semua kekhawatirannya. 

Selama 6 bulan Yani menjalani 6 kali kemoterapi dan 35 kali penyinaran. Saban 2 hari Yani disinar, sementara kemoterapi dilakukan setiap 1 bulan sekali. Setiap kemoterapi ia harus menginap 2 malam di rumahsakit. Sebab, kemoterapi menghabiskan waktu lebih dari 10 jam. Efek terapi itu membuat Yani mudah letih, lesu, diare, dan nafsu makannya berkurang. "Dalam sehari saya bisa 10-20 kali buang air besar," katanya.

Yani pun tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Setelah terapi memang flek darah tidak pernah muncul lagi. Namun, hasil tes yang dilakukan sepekan pascakemoterapi terakhir menunjukkan sel kanker masih bersarang di leher rahim Yani. Padahal, ia sudah menghabiskan puluhan juta rupiah untuk kemoterapi dan penyinaran. Gara-gara terapi.

Beragam vitamin diresepkan dokter demi menjaga stamina Yani. Penggemar kuliner itu terpaksa melupakan makan-makanan enak yang biasa dikonsumsi. "Saya hanya diizinkan mengonsumsi buah dan sayur," Itupun hanya jenis-jenis tertentu saja," kata Yani. Tak ingin berpangku tangan, Yani pun mencari pengobatan tradisional. Secercah titik terang muncul saat sang kakak, Joko Sunyoto, mengenalkan propolis padanya. 

Propolis
Perempuan yang sudah bekerja menjadi staf di rumahsakit selama lebih dari 20 tahun itu pun mencoba membeli 6 botol propolis berukuran 6 ml untuk sebuah pemakaian. Dosisnya 7 tetes propolis yang dicampur dalam segelas air putih. Setelah diaduk rata warna air berubah menjadi bening kehijauan. Pada pekan pertama Yani hanya meminum 3 kali sehari. Atas saran seorang rekan, ia kemudian meminumnya setiap 3-4 jam sekali.

Sepekan pascakonsumsi Yani merasa tubuhnya sangat bugar. Merasa senang dengan perkembangan yang terjadi, pada Oktober 2013, ia pun memeriksakan diri ke rumahsakit. Sebuah kabar gembira yang tak disangka-sangka keluar dari tes yang dilakukannya. "Dokter menyatakan serviks saya sudah terbebas dari sel kanker," kenang Yani.

Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim yang terletak di bawah vagina. Menurut dr Paulus W Halim, Med Chir, dokter sekaligus herbalis di Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, "Kanker erviks sulit dideteksi secara dini," ujarnya. Hal itu disebabkan sel kanker butuh waktu lama untuk berkembang, 10-20 tahun. Alumnus Universitas Degli Studio Padova, Italia, itu pun menyatakan pasien kanker erviks yang datang padanya umumnya sudah fase stadium lanjut. "Pasien kanker leher rahim stadium lanjut memang biasanya mengalami perdarahan pada vagina," kata Paulus.

Akibat pasien tidak menyadari, maka angka kematian karena kanker serviks cukup tinggi. Berdasarkan Sistem Informasi Rumahsakit (SIRS), Kementerian Kesehatan Indonesia, pada 2013 jumlah pasien rawat inap akibat kanker serviks menduduki posisi ke-2 setelah kanker payudara dengan jumlah 5.439 orang atau 12,8%. Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 pun menggambarkan prevalensi kanker serviks di Indonesia mencapai 1,4 per 1.000 orang.

Keampuhan propolis menumpas sel kanker lantaran kandungan senyawa flavonoid yang terkandung bersifat antioksidan. Menurut Sadyawisman, presiden direktur PT Rhizoma, produsen nano propolis asal Brazil, senyawa aktif pada propolis juga bersifat antimikrob, antibakteri, anticendawan, dan antivirus sehingga bermanfaat untuk mengatasi beragam penyakit. "Propolis nano seukuran 12 nanometer efektif gempur sel kanker," katanya. Ukurannya yang sangat kecil membuat nano propolis menyerang sel kanker hingga ke intinya. Dengan sifat itulah propolis menumpas kanker serviks yang diderita Yani.

Sumber : Trubus 539-Oktober 2014/XLV hal. 88