Usaha ternak belut secara
intensif bisa menghasilkan ukuran layak ekspor hanya dalam tempo 6-8 bulan
saja. Ukuran kolam yang dipakai 25-100 meter persegi. Harga ekspor menjadi
tujuan karena nilai laba yang menggiurkan bila dibandingkan dengan harga pasar
lokal. Apalagi permintaan dari negara Hongkong, Taiwan dan Korea selalu
kontinyu dengan volume yang semakin meningkat.
Pembesaran belut (Monopterus
alba) sebenarnya tidaklah terlampau sulit. Kuncinya ada pada media, benih dan
pakan. Tumbuh kembang optimal bila dipelihara di daerah dengan ketinggian
antara 400-700 m dpl. Air untuk kehidupannya harus bersih, bebas dari zat-zat
pencemar, pH 5,5-7 dengan suhu perairan 18-220 Celcius. Ukuran kolam
beton untuk pembesaran minimal 5 m x 5 m, maksimal berukuran 10 m x 10 m.
Ketinggian kolam 1,2 m. Bagian atas bisa diberi atap naungan supaya air kolam
tidak meluap saat hujan. Ada saluran pemasukan dan pengeluaran air. Ikan belut
memerlukan oksigen terlarut yang cukup sehingga kolam pemeliharaan harus
bersirkulasi.
Pelaku usaha ternak belut memakai
media khusus yang terdiri dari tanah sawah setinggi 20 cm, disusul kemudian
dengan pupuk kandang kotoran kambing, tanah dan batang pisang. Untuk batang
pisang bisa diganti dengan kompos. Di atasnya lagi lapisan tanah setebal 10 cm
dan jerami setinggi 15 cm. Lakukan pemberian pupuk NPK dan urea sebanyak 2,5 kg
secara merata ke seluruh permukaan media.
Lapisan terakhir yaitu tanah
setinggi 20 cm. Setelah semua media tersusun, rendam media dengan air setinggi
15 cm selama 2 minggu. Nantinya media tersebut akan terjadi proses fermentasi. Media
yang sudah terfermentasi sempurna tidak muncul gas-gas lagi saat ditusuk-tusuk
dengan tongkat. Media seperti ini siap diisi dengan bibit belut. Namun, sebelum
diberi bibit belut, air dibuang terlebih dahulu dan diganti dengan yang baru.
Bibit-bibit belut sebaiknya yang
dipiliha dari hasil persilangan belut sawah dengan belut rawa-rawa. Karena bibit-bibit
belut seperti ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan relatif tahan terhadap
penyakit. Bibit-bibit belut berkualitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
tubuh mulus tak ada bekas gigitan, gerakan lincah, tidak lemas saat dipegang,
berwarna kuning kecoklatan.
Padat tebar yang diterapkan 1,5
kg per meter persegi. Dengan demikian, ukuran kolam 5 m x 5 m bisa menampung
sekitar 40 kg bibit belut. Langkah selanjutnya usaha ternak belut tinggal
pemeliharaan yang meliputi pemberian pakan, pengontrolan kondisi kolam dan
pemberantasan hama penyakit.
Pemberian pakan tidak boleh
sampai terlambat karena belut memiliki sifat kanibalisme yang tinggi. Waktu pemberian
pakan antara pukul 18.00 sampai dengan 19.00 karena belut merupakan hewan
nokturnal. Takaran pemberian pakan 5% dari total bobot belut yang dipelihara. Jenis-jenis
pakan yang bisa diberikan antara lain; pellet khusus belut, keong mas, bekicot,
cacing, belatung dan ayam mati yang dibenamkan ke dalam kolam.
Sukses usaha ternak belut
tergantung pada pengontrolan pemeliharaan. Terutama dari ancaman hama dan
penyakit. Hama seperti itik, ular dan tikus bisa disiasati dengan cara mekanis.
Yang termasuk sulit, adanya serangan penyakit jamur. Kemunculan jamur berkaitan
langsung dengan kualitas air yang buruk dan kandungan oksigen terlarut yang
rendah. Belut yang terserang jamur menjadi kurus yang pada akhirnya mati.
Setelah 2 bulan pemeliharaan,
perlu dilakukan pengurangan kepadatan tebar. Sebagian belut-belut dipindahkan
ke kolam pemeliharaan lain. Tanaman eceng gondok juga harus dikurangi. Setelah 4
bulan kemudian, belut siap dipanen. Dari 40 kg bibit belut yang berukuran 10-15
gram bisa dihasilkan 500 kg belut berukuran 100-200 gram per ekor. Ukuran ini
disukai oleh pasar Hongkong. Bila pemeliharaan dilanjutkan, belut akan
berukuran 400-500 gram per ekor. Ukuran belut ini disukai oleh pasar Taiwan. Sedangkan
pasar lokal bisanya menghendaki ukuran yang lebih kecil.
Hasil akhir usaha ternak belut
adalah pemanenan. Ada dua tahap pemanenan. Panen pertama untuk tujuan
pengurangan kepadatan dengan cara menggunakan bubu. Panen kedua baru panen
total atau panen kering. Belut-belut yang baru saja dipanen harus dimasukkan ke
dalam air bersih supaya lumpur dan kotoran-kotoran yang ada terlepas. Tahap terakhir
adalah penyortiran sesuai dengan grade yang diminta oleh pasar.