Tiga Mitos Makanan Minuman Salah Kaprah Pendongkrak Gairah Seksual

Sampai hari ini masih banyak yang mempercayai bahwa tiga jenis makanan minuman bisa membuat gairah bercinta begitu kuat. Tiga makanan tersebut yaitu telur itik mentah, minuman bersoda dan sate kambing. Padahal, fakta berkata lain, telur itik mentah lama dicerna, minuman bersoda kaya kalori dan sate kambing sulit dicerna sehingga memberi efek kenyang lebih lama sama halnya dengan telur itik mentah. Tiga mitos makanan salah kaprah pendongkrak gairah seksual tersebut masih dipercaya sebagian orang, padahal faktanya berkata lain.
Tiga Mitos Makanan Minuman Salah Kaprah Pendongkrak Gairah Seksual
Sate kambing, kaya lemak sehingga lama dicerna
Telur mentah atau telur setengah matang akan lama dicerna di dalam organ pencernaan kita. Ia butuh enzim dalam jumlah banyak untuk memecahkan protein. Inilah mengapa konsumsi telur mentah atau telur setengah matang akan memberi rasa kenyang lebih lama. Telur mentah juga mengandung bakteri salmonella yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Ini salah satu tiga mitos makanan minuman salah kaprah pendongkrak gairah seksual yaitu minuman bersoda atau softdrink. Banyak yang beranggapan minuman bersoda dicampur dengan telur itik mentah akan meningkatkan vitalitas kaum muda. Sayang, faktanya berkata lain, minuman ini hanya kaya kalori dan tak bergizi. Efek badan terasa bugar sebenarnya berasal dari fruktosa (gula sederhana) yang tinggi sehingga cepat terurai.

Demikian pula dengan satai kambing yang dipercaya sebagai pemicu gairah seksual. Faktanya, kandungan lemaknya tinggi. Padahal lemak ini sangat lama dicerna sehingga efek kenyang akan terasa begitu lama. Banyak orang yang mempercayai sate kambing sebagai afrodisiak sebenarnya hanya karena ada sugesti dari orang saja. Padahal, gairah seksual bisa tercipta karena konsumsi makanan bergizi seimbang, penerapan pola gaya hidup sehat dan rutin berolahraga.

Itula tiga mitos makanan minuman salah kaprah pendongkrak gairah seksual yang masih dipercayai orang. Faktanya berbeda jauh. Jadi, masihkah mempercayai mitos tersebut?