Khasiat Bawang Putih Sebagai Penghambat Pembentukan Kanker Usus

Sejak ribuan tahun silam, bawang putih tak sekedar penyedap alami dalam masakan. "Bawang putih memberikan aroma dan rasa tertentu dalam masakan," ujar Prof Dr C Hanny Wijaya dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Itulah sebabnya, perannya dalam masakan tak tergantikan. 

Mungkin karena itu pula bawang putih menjadi bumbu wajib di hampir semua jenis masakan di tanah air. Allium sativum itu juga berkhasiat herbal untuk mengatasi berbagai penyakit. Itu berkat kandungan senyawa aktif alisin dalam umbi bawang putih. LD Lawson dalam jurnal "Phytomedicines of Erupe: Chemistry and Biological Activity" menyebutkan, setiap gram bawang putih mengandung 2.500-4.500 mikrogram alisin. Bobot satu siung bawang putih 2-4 gram.

Kanker usus
Dalam dunia kesehatan, masyarakat mengenal scorodon (sebutan bawang putih di Yunani kuno yang berarti mawar bau) sebagai salah satu herbal penurun kadar kolesterol, tekanan darah, dan antibiotik alami. Menurut ahli nutrisi di Jakarta, dr Danny Kasim, bawang putih bersifat antikolesterol karena memiliki zat antipenggumpal darah.

Namun, manfaat umbi tanaman anggota famili Liliaceae itu tak sebatas itu. Shunso Hatono, Arnie Jimenez, dan Michael J Wargovich, peneliti di Departemen Gastrointestinal Onkologi, The University of Texa Houston, Texas, Amerika Serikat, membuktikan taisan alias bawang putih dapat menurunkan kerusakan usus dan menghambat pembentukan tumor usus. Peneliti lain, Hiromichi Sumiyoshi, dari departemen dan universitas yang sama juga mengungkapkan bawang putih mencegah kanker usus besar.

Dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD, KHOM, FCAP, FINASIM dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menuturkan faktor dominan pemicu munculnya kanker kolorektal adalah gaya hidup tak sehat seperti konsumsi makanan lemak tinggi, terutama dari bahan makanan hewani.

Menurut dr Oetjoeng Handajanto, sekitar 50% timbulnya kanker akibat lingkungan serta gaya hidup tidak sehat seperti jarang berolahraga, merokok, gemar konsumsi daging, dan kurang serat. Pilihan makanan secara langsung mempengaruhi perkembangan kanker usus besar. Contohnya konsumsi makanan tinggi lemak yang memerlukan asam empedu untuk memprosesnya. Semakin banyak konsumsi lemak dan lambatnya perjalanan makanan karena kurang konsumsi serat menyebabkan asam empedu terlalu lama kontak dengan usus besar. Hasilnya, "Terjadi iritasi pada dinding kolon yang dapat berkembang menjadi kanker," kata Aru.

Dr Yu-Yan Yeh, ahli nutrisi dari Penn State University, Kalifornia, menyebutkan bawang putih mengandung beberapa kelompok senyawa sulfur, antara lain: S-alil sistein (SAS), S-etil sistein (SES), S-propil sistein (SPS), dan dialil sulfida (DAS). SAS itulah yang berperan menghambat kanker usus besar sebagaimana riset Shunso dan rekan. Mereka memperoleh SAS berkemurnian di atas 98% dari perusahaan Farmasi Wakunaga, Hiroshima, Jepang.

Dalam semua percobaan, mereka melarutkan SAS dalam air suling lalu memberikan secara oral kepada hewan percobaan. Dosis pemberian 5 ml/kg bobot tubuh. Shunso menggunakan hewan uji tikus fischer jantan berumur 6 pekan berbobot 116-135 gram. Untuk mengetahui efek kemopreventif Shuso membuat hewan uji menderita kerusakan usus besar dengan menyuntikkan karsinogen dimethylhydrazine (DMH).

Para periset itu melarutkan DMH dalam 0,1% EDTA (ethylene diamine tetraacetic), pH 6,8, lalu menyuntikkan ke tikus. Dosis larutan DMH 25 mg/kg bobot tubuh sepekan sekali selama 2 pekan. Untuk menguji efek kemopreventif, Shunso membagi satwa percobaan dalam 2 waktu berbeda. Pada masa inisiasi, yakni sepekan sebelum penyuntikkan DMH, tikus mengonsumsi pakan yang mengandung SAS.

Shunso membagi tikus menjadi 3 kelompok pada masa inisiasi. Untuk tikus kelompok pertama mengonsumsi 0,125 gram pakan mengandung SAS; kelompok kedua, 0,25 gram pakan mengandung SAS per kg bobot tubuh. Itu setara 40% dan 80% dosis toleransi maksimum (DTM). Kelompok ketiga adalah kontrol.

Sementara pada masa perkembangan, periset menyuntikkan DMH terlebih dahulu pada hewan percobaan. Kemudian, mereka membagi secara acak menjadi 3 kelompok. Dua pekan setelah penyuntikkan DMH terakhir, tikus mengonsumsi pakan mengandung SAS (dosis sama dengan pengujian pada saat inisiasi) selama 4 pekan. Sementara tikus kontrol hanya mengonsumsi pakan AIN-76A. Semua tikus dimatikan 6 pekan setelah penyuntikan DMH terakhir.

Tingkatkan GST
Hasil riset mengungkap SAS mujarab menekan penyimpangan aberrant crypt foci-prekursor kanker usus besar secara signifikan pada masa inisiasi. Pemberian pakan mengandung SAS 0,25 mg menurunkan penyimpangan aberrant crypt foci (ACF) sebesar 55%. Namun, pemberian SAS tidak berpengaruh pada penyimpangan ACF selama masa perkembangan.

Pemberian SAS meningkatkan aktivitas glutathione S-transferase (GST) pada mukosa usus besar hingga 68%. GST merupakan enzim yang membantu proses detoksifikasi karsinogen atau zat pemicu kanker. Sementara mukosa di saluran pencernaan merupakan lapisan pertama yang kontak dengan xenobiotik-zat asing yang masuk dalam tubuh manusia, seperti obat-obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet, dan zat karsinogen lainnya).

Kapasitas sel mukosa mendetoksifikasi xenobiotik sangat penting untuk perlindungan terhadap karsinogenesis yang dapat menyebabkan kanker kolon. Artinya, jika ingin terbebas kanker kolon yang mematikan, konsumsilah secara rutin umbi bawang putih. Senyawa sulfur S-alil sistein yang terkandung dalam umbi bawang putih mujarab mencegah kanker kolon.

Sumber : Trubus 535-Juni 2014/XLV hal.98