Buah Merah (Pandanus coinedeus) yang Kaya Senyawa Antioksidan

Buah merah (Pandanus coinedeus) memang kaya senyawa antioksidan. Hal ini bisa dibuktikan dengan jelas dari kandungan betakaroten yang tinggi, yaitu mencapai 12.000 ppm, tokoferol mencapai 600 mikrogram per gram. Dengan demikian, senyawa antioksidan yang terkandung di dalamnya setara dengan minyak zaitun.
Buah Merah (Pandanus coinedeus) yang Kaya Senyawa Antioksidan
Buah merah (Pandanus coinedeus) yang kaya betakaroten
Orang-orang Papua sudah mengenal dengan baik tanaman buah merah. Tanaman ini termasuk jenis endemik di Pulau Papua. Masyarakat sekitar sudah terbiasa mengkonsumsi tanaman keluarga pandan-pandanan ini sebagai sumber pangan. Kandungan gizinya cukup tinggi, buah berbentuk mirip pemukul ini mengandung asam oleat dan asam linoleat sebanyak 45%. Kedua senyawa tersebut termasuk asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan bagi tubuh kita.

Asam lemak yang terkandung di dalam buah merah (Pandanus coinedeus) ini mudah diserap oleh organ-organ pencernaan. Asam lemak tersebut berkhasiat memperlancar metabolisme dan memberikan asupan protein tinggi sehingga mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh. Khasiat ini sudah dibuktikan oleh masyarakat Papua yang rutin mengkonsumsinya sehingga mereka memiliki tubuh kuat, berumur panjang dan memiliki stamina yang tinggi.

Dengan kandungan senyawa betakaroten yang tinggi ini memungkinkan ia memiliki khasiat sebagai antikanker yang kuat. Asupan senyawa antioksidan di dalam tubuh akan menangkal dan memutus rantai senyawa-senyawa radikal bebas atau senyawa karsinogen yang menjadi penyebab kanker dan tumor. Asam lemak yang terkandung di dalam buah berkulit totol-totol mirip nangka ini juga bersifat antibiotik dan antivirs alami yang kuat. Asam lemak ini mampu membunuh bakteri, cendawan dan virus penyebab infeksi. Kemampuan seperti inilah yang nantinya bisa menghambat dan membunuh sel-sel tumor yang aktif.

Tanaman buah merah (Pandanus coinedeus) sudah dibudidayakan oleh masyarakat Papua secara turun-temurun. Tanaman ini dikonsumsi sebagai pangan alternatif dan juga dibutuhkan untuk kepentingan ritual adat oleh masyarakat Papua.