Dokter mendiagnosis ayah dua anak itu terserang tifus dan menyarankan Rosikin menjalani rawat inap. Namun, pria berusia 32 tahun itu menolak. "Saya pilih berobat jalan saja," kata Rosikin. Menurut Prof DR dr Nyoman Kertia SpPD-KR, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat dr Sardjito Yogyakarta, tifus terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi di usus. Bakteri itu membuat peradangan di usus halus, yang lantas menyebabkan gejala demam.
Nyoman Kertia mengatakan, "Bakteri masuk melalui makanan atau minuman," Data Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan menyebutkan tifus menempati peringkat kedua dalam 10 besar penyakit rawat inap terbanyak di seluruh rumah sakit di Indonesia. Urutan pertama adalah diare. Persentase pasien tifus mencapai 3,15%. "Gejala awal tikus sulit dikenali karena mirip mag atau demam berdarah," kata Nyoman.
Bedanya, penderita tifus menderita demam terus-menerus diikuti kenaikan suhu konstan. Sementara demam berdarah dengue (DBD), demam naik turun setiap hari. Penderita tifus biasanya merasakan nyeri di perut sebelah kiri bawah, sedangkan nyeri akibat penyakit mag terasa dekat ulu hati. Untuk mempercepat penyembuhan, Rosikin patuh mengkonsumsi obat dokter. Meski demikian, kondisinya tak kunjung membaik meski obat dokter ia habiskan.
"Badan masih terasa lemah," ujarnya. Akibatnya Rosikin harus berbaring di tempat tidur hingga sebulan. Sebulan berikutnya, ia hanya bisa beraktivitas ringan. Kondisi fisik yang lemah itu membuat ia harus beristirahat total selama 2 bulan. Selama itu pula ia absen dari tempat kerja sampai kondisinya benar-benar membaik. Akibat pola makan tidak teratur, tifus kembali menyerang 6 bulan kemudian. Seperti serangan pertama, tubuh Rosikin menjadi lemah dan aktivitasnya pun terhambat.
Ini berarti selama 2013 Rosikin dua kali terserang tifus. Kini ia mencari informasi pengobatan alternatif dari media sosial. Ia pun memperoleh informasi tentang khasiat sari kurma. Pada Agustus 2013, pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah, itu mulai mengonsumsi ekstrak kurma. Setiap muncul mual langsung minum sesendok makan ekstrak kurma.
Padahal, mual itu itu datang setiap jam. Itulah sebabnya setiap jam pula ia meminum ekstrak kurma. Ia menghabiskan 360 gram ekstrak kurma. Ia menghabiskan 360 gram ekstrak kurma ekstrak kurma dalam 4 hari. Setelah itu, kondisinya membaik. "Mual hilang dan badan terasa segar," ungkap Rosikin. Ia mampu beraktivitas normal kembali. Hingga kini ia melanjutkan konsumsi kurma setiap kali terasa mual.
Sari kurma
Khasiat sari kurma membantu penyembuhan tifus juga dirasakan Teguh Suwartono di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu merasakan gejala tifus yakni demam hingga 39 derajat Celcius pada Juni 2014. Selain itu mulut Teguh juga terasa pahit dan bibir pecah-pecah. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ia positif terkena tifus. Ia pun mesti menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit di Bogor, Jawa Barat.
Untuk mempercepat pemulihan stamina, pria kelahiran 7 Januari 1982 itu mengonsumsi 3-5 sendok makan sari kurma setiap hari. "Sehari pascakonsumsi sari kurma bisa langsung beraktivitas, bahkan menjalani puasa Ramadan. Padahal seharusnya istirahat total minimal 3 hari," ujarnya. Ia tetap mengonsumsi 1 sendok teh sari kurma setiap hari meski sudah pulih dai serangan tikus.
Ekstrak buah Phoenix dactylifera itu ampuh mengatasi tifus karena bersifat antibakteri. Hal itu sejalan dengan riset Khusnul Khotimah dan Jon Kusnadi dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. Riset yang termuat dalam jurnal pangan dan agroindustri itu menguji probiotik ekstrak kurma terhadap beberapa bakteri Escherichia coli, Bacillus cereus, dan Salmonella typhimurium.
Periset menggunakan ekstrak kurma yang diencerkan dengan air perbandingan 1:5, 1:6, 1:7 dan ditambah susu skim 6%, 8%, dan 10%. Hasilnya, sari kurma efektif menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Lukas Tersono Adi, herbalis di Tengerang, Provinsi Banten, ekstrak kurma dapat mempercepat penyembuhan tifus melaluiperbaikan antibodi atau sistem kekebalan seperti hasil riset Koji Karasaw Yuji Uzuhashi, Mitsuru Hirota, dan Hajime Otani dari interdisciplinary Graduate School of Science and Technology Universitas Shinshu, Jepang.
Menurut Natalie Pangerapan dari PT Sumber Kartika Naturlite, produsen ekstrak kurma, kurma mengandung polifenol dan polisakarida yang membangkitkan sistem imunitas. Natalie menambahkan, kurma banyak dimanfaatkan untuk membantu mempercepat penyembuhan tifus dan demam berdarah. Sebab, ekstrak kurma tinggi antioksidan yang membantu regenerasi sel. Cara konsumsi ekstrak cukup mudah. Bisa dioleskan pada roti, diseduh dengan air hangat, atau langsung dimakan.
"Penderita dalam masa penyembuhan dianjurkan menghabiskan 350 gram sari kurma dalam 2 hari," kata Natalie. Untuk pencegahan dan menjaga stamina, konsumsi cukup 1-2 sendok makan sehari. Itulan cara enak menjaga kesehatan tubuh.
Sumber: Trubus 538-September 2014/XLV hal. 80
Sari kurma
Khasiat sari kurma membantu penyembuhan tifus juga dirasakan Teguh Suwartono di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu merasakan gejala tifus yakni demam hingga 39 derajat Celcius pada Juni 2014. Selain itu mulut Teguh juga terasa pahit dan bibir pecah-pecah. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ia positif terkena tifus. Ia pun mesti menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit di Bogor, Jawa Barat.
Untuk mempercepat pemulihan stamina, pria kelahiran 7 Januari 1982 itu mengonsumsi 3-5 sendok makan sari kurma setiap hari. "Sehari pascakonsumsi sari kurma bisa langsung beraktivitas, bahkan menjalani puasa Ramadan. Padahal seharusnya istirahat total minimal 3 hari," ujarnya. Ia tetap mengonsumsi 1 sendok teh sari kurma setiap hari meski sudah pulih dai serangan tikus.
Ekstrak buah Phoenix dactylifera itu ampuh mengatasi tifus karena bersifat antibakteri. Hal itu sejalan dengan riset Khusnul Khotimah dan Jon Kusnadi dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur. Riset yang termuat dalam jurnal pangan dan agroindustri itu menguji probiotik ekstrak kurma terhadap beberapa bakteri Escherichia coli, Bacillus cereus, dan Salmonella typhimurium.
Periset menggunakan ekstrak kurma yang diencerkan dengan air perbandingan 1:5, 1:6, 1:7 dan ditambah susu skim 6%, 8%, dan 10%. Hasilnya, sari kurma efektif menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Lukas Tersono Adi, herbalis di Tengerang, Provinsi Banten, ekstrak kurma dapat mempercepat penyembuhan tifus melaluiperbaikan antibodi atau sistem kekebalan seperti hasil riset Koji Karasaw Yuji Uzuhashi, Mitsuru Hirota, dan Hajime Otani dari interdisciplinary Graduate School of Science and Technology Universitas Shinshu, Jepang.
Menurut Natalie Pangerapan dari PT Sumber Kartika Naturlite, produsen ekstrak kurma, kurma mengandung polifenol dan polisakarida yang membangkitkan sistem imunitas. Natalie menambahkan, kurma banyak dimanfaatkan untuk membantu mempercepat penyembuhan tifus dan demam berdarah. Sebab, ekstrak kurma tinggi antioksidan yang membantu regenerasi sel. Cara konsumsi ekstrak cukup mudah. Bisa dioleskan pada roti, diseduh dengan air hangat, atau langsung dimakan.
"Penderita dalam masa penyembuhan dianjurkan menghabiskan 350 gram sari kurma dalam 2 hari," kata Natalie. Untuk pencegahan dan menjaga stamina, konsumsi cukup 1-2 sendok makan sehari. Itulan cara enak menjaga kesehatan tubuh.
Sumber: Trubus 538-September 2014/XLV hal. 80